Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Corona Tidak Kelihatan di Jalan

23 Juni 2021   07:47 Diperbarui: 23 Juni 2021   09:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu katamu
Ketika kuminta masker dikenakan
Ketika kuminta jauhi kerumunan
Ketika kuminta tak perlu keluyuran

"Di jalan semuanya terlihat baik-baik saja"
"Di pasar terlihat normal"
"Di mall tak ada tanda-tanda covid"
"Di warung dan lesehan orang santuy saja"

Begitu jawabanmu
Doyan ngeyel malas membaca
Lebih cepat jari klik broadcast dan forward
Ketimbang dipakai untuk scroll dalami fakta

Belum percaya kalau belum mengalami sendiri?
Celakalah kalau semua orang berprinsip sepertimu
Ya kalau masih bisa sembuh
Kalau ndak bisa tertolong?

Corona bukan tuyul
Juga bukan babi ngepet
Tak perlu sesajen
Apalagi telanjang
Bila penasaran dengan penampakan

Cobalah ke rumah sakit dan shelter pasien covid
Jangan masuk
Cukup di jalan di luar gerbang

Kita bisa menyaksikan
Pertunjukan orkestra kepedihan
Simphoni pengantar kematian

Sirene meraung-raung
Ambulan datang dan pergi
Datang dengan berita kesakitan
Pergi dengan berita kematian
Ketika tangisan tak lagi menggetarkan
Hanya sekedar angka-angka dalam catatan

Datanglah ke tempat penguburan pasien covid
Lihatlah ambulan berbaris
Mengantarkan para mantan pasien covid
Ke peristirahatan terakhir

Meski kuburan bukan kepunyaan BPJS
Hendak dikubur pun masih harus mengantri
Hari-hari ketika para petugas penggali kubur
Mesti menginap karena jenazah terus berdatangan

Corona memang bukan one-way ticket
Tapi juga tak menjanjikan tiket pulang pergi
Corona memang bukan rolet rusia
Tapi nyawa tak layak dipertaruhkan
Hanya untuk sebentuk kebandelan

Ataukah diam-diam kamu sudah menyadari
Tapi terlalu malu untuk berbalik arah
Boleh kamu membenci pemerintah, WHO, atau drakor
Tapi kenyataan dan akal sehat jangan diabaikan

Lockdown segala hoax
Karantina egomu
Kendalikan prasangka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun