Itu katamu
Ketika kuminta masker dikenakan
Ketika kuminta jauhi kerumunan
Ketika kuminta tak perlu keluyuran
"Di jalan semuanya terlihat baik-baik saja"
"Di pasar terlihat normal"
"Di mall tak ada tanda-tanda covid"
"Di warung dan lesehan orang santuy saja"
Begitu jawabanmu
Doyan ngeyel malas membaca
Lebih cepat jari klik broadcast dan forward
Ketimbang dipakai untuk scroll dalami fakta
Belum percaya kalau belum mengalami sendiri?
Celakalah kalau semua orang berprinsip sepertimu
Ya kalau masih bisa sembuh
Kalau ndak bisa tertolong?
Corona bukan tuyul
Juga bukan babi ngepet
Tak perlu sesajen
Apalagi telanjang
Bila penasaran dengan penampakan
Cobalah ke rumah sakit dan shelter pasien covid
Jangan masuk
Cukup di jalan di luar gerbang
Kita bisa menyaksikan
Pertunjukan orkestra kepedihan
Simphoni pengantar kematian
Sirene meraung-raung
Ambulan datang dan pergi
Datang dengan berita kesakitan
Pergi dengan berita kematian
Ketika tangisan tak lagi menggetarkan
Hanya sekedar angka-angka dalam catatan
Datanglah ke tempat penguburan pasien covid
Lihatlah ambulan berbaris
Mengantarkan para mantan pasien covid
Ke peristirahatan terakhir
Meski kuburan bukan kepunyaan BPJS
Hendak dikubur pun masih harus mengantri
Hari-hari ketika para petugas penggali kubur
Mesti menginap karena jenazah terus berdatangan
Corona memang bukan one-way ticket
Tapi juga tak menjanjikan tiket pulang pergi
Corona memang bukan rolet rusia
Tapi nyawa tak layak dipertaruhkan
Hanya untuk sebentuk kebandelan
Ataukah diam-diam kamu sudah menyadari
Tapi terlalu malu untuk berbalik arah
Boleh kamu membenci pemerintah, WHO, atau drakor
Tapi kenyataan dan akal sehat jangan diabaikan
Lockdown segala hoax
Karantina egomu
Kendalikan prasangka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H