Meski Ibu Alan, dan sejumlah tetangga, tidak setuju, dan menyarankan Alan mengusir Mary, tetapi Alan tidak tega untuk mengusir wanita tua tersebut.
Di akhir film digambarkan pula Mary yang mulai sakit-sakitan sempat mendapatkan penanganan dari semacam dinas sosial di sana.
Film ini bergenre biografi yang diambil dari kisah nyata, karena itu ruang untuk dramatisasi menjadi kurang terbuka. Sejumlah hal memang masih terasa kurang nendang dan kurang "touching". Misal bagaimana flashback saat Mary sebagai Margaret menjadi pianis berbakat. Kemudian bagaimana dihubungkan dengan kondisi sekarang, saat Mary merasa sangat terganggu mendengar suara musik klasik.
Meski ada yang menyebut film ini sebagai komedi, tetapi kalau acuan kita tentang komedi Inggris adalah Mr Bean kita akan sulit tertawa. Saya sendiri sering berpikir lama sebelum bisa tertawa.
Kalau panjenengan merasa bosan dengan kebanyakan film Hollywood yang dipenuhi dialog ala motherfucker dan fuck you, cobalah menonton film ini. Yang jelas film ini cocok buat yang demen mendengar cara bicara orang Inggris. Dan juga cara bersopan santun khas Inggris, meski saat hendak mengusir seorang tunawisma sekalipun. Kadang saat melihat mereka mengekspresikan maksudnya kok agak mirip dengan orang Jawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H