Setiap kali masuk bulan Ramadan , yang selalu saya kenang adalah buku kegiatan Ramadan. Sebuah buku berisi laporan sholat, jadwal mengaji dan rangkuman ceramah.
Sebuah buku yang harus dimiliki tak perduli beli cash atau cicil 5 kali ke bendahara kelas. Sebuah buku yang menandai syahnya bulan Ramadan buat anak sekolah.
Yang paling seru dari buku kegiatan Ramadan ini adalah khusus lembar ceramah. Di lembar ini kita harus mengisi tanggal ceramah , nama penceramah , judul ceramah, dan isi ceramah. Nanti harus ada tanda tangan penceramah dan diberi stempel mesjid.
Nah, demi mengisi lembar ini agar segera penuh dari awal ramadan, saya sudah rajin pergi ke mesjid bersama teman-teman. Kadang demi koleksi stempel agar berbeda-beda kamipun safari dari mesjid ke mesjid.
Karena sudah dilakukan dari tahun ke tahun,, semenjak sekolah dasar hingga sekolah Menengah atas, tema penceramah sudah saya hapal di luar kepala.Â
Nih ya, awal Ramadan mereka pasti bahas  surat Al-Baqarah ayat 183  tentang kewajiban berpuasa. Nanti tengah bulan pasti bahasannya tentang Nujulul Quran, dan di akhir Ramadan mereka pasti membahas malam Lailatul Qadar.
Bersama teman-teman biasanya kami duduk memilih di bagian luar mesjid ,sengaja agar begitu beres ceramah langsung kabur buat beli jajanan, kalau lagi nakal, sholat tarawihnya kadang dilewat demi jajan.
Mendengarkan ceramah bersama teman-teman terkadang justru membuat acara menulis ringkasan ceramah tak lancar. Maklum penceramah menyampaikan dakwah di depan, mereka juga ikut-ikutan berceramah di belakang. Kadang Pak ustadz perlu berdehem berkali-kali agar kami diam.
Jadilah isi ringkasan  ceramah hanya berhasil menuliskan judul saja , ya tambah beserta satu dua baris awallah, kalau begitu sisanya mengarang indah.
Namun meskipun begitu, urusan tanda tangan dan stempel mesjid sebagai bukti keabsahan ceramah wajib didapatkan, meskipun lembarannya belum penuh.
Nah, kegiatan ini cukup memacu adrenalin,, pertama kami harus berebut tanda tangan sang penceramah. Kalau bisa antri itu hebat, sisanya saling sikut dan saling salip. Temanpun jadi lawan kalau sudah begitu.
Beres memperoleh tanda tangan, kami berjuang lagi untuk mendapatkan stempel. Petugas stampel akan siap disebelah penceramah.Kalau punya koneksi dengan orang dalam, kami bisa memperoleh stempel penuh 30 hari meskipun ramadan belum usai.Â
Lumayan tuh, jadi kalau lagi malas ke mesjid, acara meringkas tetap bisa jalan walaupu asal-asalan dan tanda tangan dipalsukan.
Andai saya masih menyimpan buku kegiatan Ramadan itu pasti mengenang masa Ramadannya lebih haru biru. Akan terlihat metamorfosis tulisan dari tahun ke tahun. Akan terbaca juga  kemampuan meringkas saya kemudian.
Meringkas ceramah ini bagus sekali sebenarnya. Pertama , kita harus berkonsentrasi mengikuti apa yang di sampaikan penceramah. Bagian sini jadi susah kalau teman disebelah hobinya ngeghibah.
Kedua kita harus bisa menuangkan lagi apa yang kita dengarkan lewat tulisan, ini cukup sulit, apalagi kalau penceramah hobinya ngalor ngidul kesana-sini judul apa isinya kemana.Â
Yang repot kalaua penceramahnya juga punya kemampuan stand up comedy. Ceramah memang tak berasa karena  sepanjang ceramah haha hihi, tapi jadi lupa menulis materi.
Tapi ngomong-ngomong, jangan-jangan kemampuan saya menulis sekarang adalah sisa-sisa kebiasaan menulis ceramah saat Ramadan. Hmm..bisa jadi!
Oh ya, jika seorang anak bisa menyelesaikan lembar ceramah lengkap dengan tanda tangan dan stempelnya 30 lembar penuh sebelum Ramadan usai , maka anak tersebut diperbolehkan untuk sombong.Â
Parameter Kesuksesan Ramadan bagi kami ya itu barang siapa yang bisa memenuhi 30 lembar ceramah, maka dialah juaranya.
Agar selesai lebih cepat maka untuk memenuhi, Â sebaiknya selain rajin ikut ceramah tarawih, tapi juga jangan absen ikut ceramah di kuliah shubuh.Â
Pokoknya target awal ramadan selain puasa ya merampungkan buku kegiatan Ramadan secepat saya bisa.
Ah ,sayang anak-anak sekarang tak mendapatkan kewajiban yang sama. Andaikan iya, maka keseruan itu akan kembali saya lihat pada mereka.
Nah ini keseruan Ramadan di masa kecil saya, kalau kamu?
****
Dibalik daster yang mulai melonggar karena saya turun 1 kilogram selesailah tulisan ringam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H