Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mr and Mrs Semen

31 Oktober 2020   20:26 Diperbarui: 31 Oktober 2020   20:47 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku duduk selonjoran di lantai. Panasnya cuaca hari ini membuatku ingin mencari sisi dingin rumah ini. Sudah bergelas-gelas air putih yang kureguk. Rasanya haus terus. Mungkin karena seharian aku kurang minum. Memang kalau sudah memulai pekerjaan aku seringkali malas berhenti sejenak bahkam untuk minum.

Suamiku sudah masuk kamar mandi sedari datang. Dia memilih menyegarkan badannya dengan siraman air. Aku juga inginnya begitu tapi sayang aku kalah start dia yang duluan sampai. Tak lama sih waktu kutanyakan paling beda lima menitan.

Setelah sedikit berkurang lelah,aku segera beranjak ke dapur memasak nasi untuk kami berdua. Malam ini sepertinya cukup ceplok terlur saja seperti malam sebelumnya. Karena tempat kerjaku sedikit jauh dari rumah maka aku takkan sempat memasak. Agar cepat sudahlah ceplok telur saja toh suamiku juga tak pernah protes. Baginya masakan apapun selalu enak yang penting aku yang buat.

Kami berdua sebetulnya hanya numpang tidur saja di rumah kontrakan yang tak luas ini. Dari pagi hingga gelap malam kami bekerja ke luar. Untunglah keempat anak kami,kami titipkan di desa. Kalau tidak ya kasihan mereka sering kami tinggalkan bekerja.

Kamu berdua memang perlu bekerja karena empat anak kami dikampung tentu saja membutuhkan biaya besar. Tak mungkin mengandalkan Ayah dan Ibuku yang hanya bekerja sebagai petani.

Jika hanya suamiku saja yang bekerja rasanya juga masih kurang. Dulu sih cukup waktu suamiku masih bekerja sebagai debt colector dari lissing motor. Namun setelah pengalaman pahit digebukin konsumen hingga nyaris mati membuatnya memilih berhenti saja.

 Perlu waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Selama dia tak bekerja ,akulah yang mencari nafkah. Kebetulan temanku ada yang menawarkan kerja saat suamiku menganggur.

Setelah suamiku dapat pekerjaan yang sekarang ternyata setelah dihitung-hitung pendapatannya masih kurang. Itulah sebabnya suamiku merelakanku tetap bekerja.

Sebenarnya aku tak tahu apa pekerjaan suamiku sekarang. Mengakunya sih bekerja sebagai buruh pabrik.  Tapi kalau ditanya pabrik apa dam dimana  aku suka bingung sendiri dengan jawabannya karena tak pernah jelas. Akhirnya jadi malas sendiri untuk bertanya lebih jauh.  Sudahlah yang penting dia bekerja itu saja cukup.

Setelah ditunggu lama,suamiku keluar juga dari kamar mandi. Giliranku yang menyegarkan diri. Selapas mandi kami makan malam dengan ceplok telur tadi. Asalkan berdua,memang enak kok meskipum menunya hanya itu,apalagi kalau sepiring berdua dan saling menyuapi,tak kalah deh kami dari pengantin baru.

Mungkin karena tak ada anak maka kami memang saling manja. Urusan makan saja tapi menyelesaikan pekerjaan rumah tanggapun kami biasa bersama. Mencuci baju,mencuci piring bahkan menyapu dan mengepelpun bersamaan.

Hanya pergi dan pulang bekerja saja yang tak bersamaan. Sepertinya tempat bekerja kami yang jaraknya berjauhan menyebabkan kami tak pernah satu arah.

****

Pagi ini kami bangun kesiangan. Mengobrol semalaman bersama anak-anak kami lewat telepon membuat kami tidur terlalu larut.

Kamipun terburu-buru pergi bekerja. Sama-sama tak sempat mandi dan sama-sama tak sempat sarapan. Kami berdua pergi setengah berlari menuju jalan raya.

"Kamu duluan deh say!" Pinta suamiku saat angkot biru yang akan kunaiki berhenti. Aku sedikit heran.

 Biasanya dia selalu duluan untuk menaiki angkot. Tanpa banyak tanya akupun segera menaikin angkot setelah mencium tangannya dan melambaikan tangan.

Ah,semoga saja jalanan hari ini lancar dan bersahabat. Aku berharap tak terlambat tiba di tempat kerja.

Bukan apa-apa, aku baru saja pindah tempat kerja. Rasanya enggak enak juga sama bos kalau sampai telat di hari pertama. Harapanku terkabul. Jalanan lancar pagi ini. Kalaupun sedikit tersendat hanyalah di lampu merah.

Di perempatan lampu merah kedua mataku seperti menatap penampakkan suamiku di dalam angkot yang persis sama dengan angkotku,angkot biru. Ah,mungkin hanya mirip,pikirku.

Setengah jam kemudian akupun tiba di tempat kerja baruku. Setelah berbasa -basi dengan bos baruku akupun berganti baju. 

Memang aku tak pernah menggunakan baju kerja dari rumah. Ya mana mungkinlah, baju untuk bekerjaku kan hanya kaos oblong pudar dan celana pendek yang juga jauh dari kesan bagus.

Aku memang menggunakan baju jelek karena menyesuaikan dengan pekerjaanku. Terlibat dalam proyek pembuatan rumah tentu tak memerlukan baju bagus. 

Meskipun aku perempuan satu-satunya namun pekerjaanku nyaris sama dengan rekan lelakiku.

Lima tahun menjadi kuli bangunan membuatku sudah menguasai medan. Bahkan kata mandorku,hasil kerjaku lebih baik dari para lelaki.

Meskipun begitu tak ada rekan lelakiku yang cemburu. Mereka selalu mendukung dan membantuku.

Ketika aku mengambil adukan pasir semen untul kesekian kali,tiba-tiba terdengar suara mandorku.

" Rim, kamu kali ini dibantu kang Jupri ya, kang Aduy enggak masuk!"

Aku berhenti sejenak untuk melihat orang yang disebutkan pak mandor sebagai rekan baruku. Memang biasanya Aduy yang menjadi partnerku.  Nama Jupri yang pak mandor membuatku tertegun,namanya sama dengan nama suamiku, pikirku dalam hati.

Dan ketika melihat orang yang disebutkan oleh Pak Mandor seketika aku ternganga. Ternyata dia,Jupri yang disebutkan pak mandor memang suamiku yang selama ini mengaku bekerja sebagai karyawan di Pabrik tekstil.

Aku terkejut,suamikupun sama.
Diapun pasti tak percaya kalau aku yang selama ini mengaku bekerja sebagai  SPG di toko penjualan Handphone ternyata bergelut dengan adukan pasir dan semen.

Hanya beberapa saat saja kami saling bertatapan, setelah itu kami tertawa bersamaan menyadari kebohongan kami berdua selama ini.

Semenjak hari itu,  kamipun sering kali mendapatkan pekerjaan di tempat yang sama. Bahkan beberapa pelanggan yang memanggil kami Mr and Mrs Semen, memang menginginkan kami bekerja sebagai pasangam karena katanya pekerjaan kami rapi dan bagus.

Kalau anda butuh pasangan kuli bangunan,hubungi kami ya...dijamin kami profesional. Ternyata semua lebih indah setelah saling terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun