Aku memang menggunakan baju jelek karena menyesuaikan dengan pekerjaanku. Terlibat dalam proyek pembuatan rumah tentu tak memerlukan baju bagus.Â
Meskipun aku perempuan satu-satunya namun pekerjaanku nyaris sama dengan rekan lelakiku.
Lima tahun menjadi kuli bangunan membuatku sudah menguasai medan. Bahkan kata mandorku,hasil kerjaku lebih baik dari para lelaki.
Meskipun begitu tak ada rekan lelakiku yang cemburu. Mereka selalu mendukung dan membantuku.
Ketika aku mengambil adukan pasir semen untul kesekian kali,tiba-tiba terdengar suara mandorku.
" Rim, kamu kali ini dibantu kang Jupri ya, kang Aduy enggak masuk!"
Aku berhenti sejenak untuk melihat orang yang disebutkan pak mandor sebagai rekan baruku. Memang biasanya Aduy yang menjadi partnerku. Â Nama Jupri yang pak mandor membuatku tertegun,namanya sama dengan nama suamiku, pikirku dalam hati.
Dan ketika melihat orang yang disebutkan oleh Pak Mandor seketika aku ternganga. Ternyata dia,Jupri yang disebutkan pak mandor memang suamiku yang selama ini mengaku bekerja sebagai karyawan di Pabrik tekstil.
Aku terkejut,suamikupun sama.
Diapun pasti tak percaya kalau aku yang selama ini mengaku bekerja sebagai  SPG di toko penjualan Handphone ternyata bergelut dengan adukan pasir dan semen.
Hanya beberapa saat saja kami saling bertatapan, setelah itu kami tertawa bersamaan menyadari kebohongan kami berdua selama ini.
Semenjak hari itu, Â kamipun sering kali mendapatkan pekerjaan di tempat yang sama. Bahkan beberapa pelanggan yang memanggil kami Mr and Mrs Semen, memang menginginkan kami bekerja sebagai pasangam karena katanya pekerjaan kami rapi dan bagus.