Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Munggahan dalam Sepiring Tumpeng Mama Tak Terjadi Tahun Ini

18 Mei 2020   15:59 Diperbarui: 18 Mei 2020   15:50 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu momen menjelang Ramadan yang tak saya rasakan tahun ini adalah Munggahan.

Berasal dari kata munggah yang berarti naik atau meningkat,

munggahan mengandung makna naiknya level seseorang sehingga mampu melakukan perubahan dalam berbagai hal, terutama soal kebaikan. 

Ini merupakan tradisi Sunda lawas .

Nah,tradisi Munggahan di tanah pasundan diterjemahkan menjadi makan-makan bersama menjelang esok puasa. Istilahnya makan siang sepuasnya deh terakhir karena besok puasa.

Menyiapkan diri untuk mendapatkan godaan dan ujian ketika esoknya berpuasa.

Ada yang sengaja masak kemudian botram alias makan bareng. Botram saat munggahan seperti keharusan bagi beberapa orang kawasan priangan. Bisa botram dengan teman,saudara atau tetangga dirumah.

Nah biasanya saya tak pernah melewatkan munggahan tiap tahunnya bersama Mama. Mama  selalu menyelenggarakan munggahan di rumah.

 Yang menarik adalah dalam munggahannya mama selalu menyediakan tumpeng untuk kami.

Beliau hanya menyediakan tumpeng dan bukan makanan lain. Bagi beliau tumpeng seperti keharusan karena katanya jika Mama masih bisa memasakkan tumpeng ,berarti mama sehat dan ada rejeki. 2 hal yang jadi pertanda ketika kami menikmati tumpeng.

Meskipun saya pernah menawarkan menu lain tapi tetap saja menu utamanya tumpeng.

Tumpeng mama tiada duanya deh. Belum pernah saya menemukan tumpeng yang begitu yummy di lidah seperti buatan Mama.

Mungkin karena cara memasak mama yang masih bertahan dari tahun ke tahun,tetap menggerus bumbu meskipun sudah ada blender. Tetap menggunakan santan kelapa asli,meskipun sudah ada santan instan masih menggunakan bhmbu asli walaupun bumbu tumpeng bungkusan.

Begitu tumpeng matang dan anak-anak sudah siap mama akan berdoa terlebih dahulu untuk memohon kesehatan,rejeki dan berkah bagi kami semua anak-anaknya.

Setelah itu,tumpeng nikmat buatan mama segera kami nikmati sambil bercengkrama berbagi cerita.

Tahun ini sedari pagi ,sehari menjelang puasa saya sudah meminta maaf pada Mama karena tak bisa bermunggahan di rumah Mama. Meskipun ada nada sedikit kecewa namun Mama memaklumi semua.

Munggahan dalam sepiring tumpeng di rumah Mama lewat begitu saja tahun ini. 

Bagaimana dengan tumpengnyaa,apakah lewat begitu juga?hohoho tidak dong!

Karena Mama tetap memasak tumpeng sebagai tanda mengucap syukur untuk usia dan rejeki yang dimiliki  maka serantang tumpeng akhirnya dikirim Mama untuk kami. Dan kami munggahan di rumah saja.

**

Di balik daster paling cantik yang saya miliki, selesailah satu tulisan ringan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun