Tak bisa dipungkiri bersih kulitnya,tinggi perawakannnya dan bulu-bulu penghias wajahnya membuat suamiku layak untuk dikategorikan sebagai lelaki tampan.
Beberapa wanita agresif persis cacing kepanasan selain senyum genit dan mata kedap-kedip beberapa ada juga yang berani mendekati suamiku.
Dengan baju pesta yang mewah gaun cantik nan seksi buatan butik ternama pastinya mereka sengaja menyingkirkan aku yang seperti biasa berbusana kebaya Brukat sederhana berpadan celana jeans pilihan suamiku tadi.
Kemudian aku perlu berdehem beberapa kali untuk mengingatkan mereka jika mataku yang melotot tak membuat mereka menjauh. Suamiku dengan gaya yang tetap dingin tak mengacuhkan mereka. Dia memang seperti sudah terbiasa menghadapi kekaguman mereka.
Jika masih juga gagal biasanya suamiku merengkuh pundakku atau memeluk mesra agar mereka menjauh.
Dan kali ini kembali standar operasi pengusiran kaum hawa sampai melingkarkan tangan dari belakang ke pingganggku.
Para wanita itupun pergi meski terlihat tak rela diusir paksa.
Bahkan kali ini dengan frekuensi suara yang bisa ditangkap jelas oleh telingaku salah satu dari mereka berkata.
"Kacau orang-orangan sawahnya dibawa segala!"
Aku hanya mengurut dada. Antara bahagia atau menderita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H