Ini baju kesepuluh yang kulempar pagi ini. Entah mengapa rasanya tak ada satu bajupun yang cocok dibadanku. Harapan untuk tampil cantik selalu gagal ketika mematut  diri di depan cermin.
Aku menjatuhkan tubuhku ke kasur. Pusing memilih baju membuatku memulih berbaring saja dulu. Nyaris aku tertidur kalo saja suamiku tak masuk kamar.
" loh,kok belum apa-apa sih?" Tanya dia heran.
" Bingung pakai baju apa, kayaknya baju jelek semua di badanku!" Keluhku sambil menutup muka dengan bantal.
Tak terdengar komentar yang kuharapkan. Akupun membuka bantal untuk melihat apa yang suamiku lakukan.
Kulihat dia memegang satu persatu baju yang tadi kulempar.
" Hm..ya iyalah baju-baju ini kan bukan seleramu!" Jawab suamiku sambil tersenyum.
"Masa sih? Padahal baju-baju itu sengaja kubeli on line karena terlihat cantik-cantik!"
Protesku sambil manyun.
"Lagian kamu sok  keren belanja on line biasanya juga beli pakaian di pinggir jalan aja cukup 100 ribu dapat 3!"goda suamiku yang langsung kusambut cubitan sana-sini.
"Ampun ampun ampuun!" Suamiku menyerah. Persis anak kecil yang habis bermain cubitan kami tertawa kegirangan.
"Nih aku ada ide, pakai baju ini saja!" Selesai tertawa suamiku mengambil baju dari lemari.
"Baju ini ? Lagi?" tanyaku setelah mengambil baju dari nya.
"Baju itu cocok buat kamu kok!"
"Aku kan ingin tampil cantik saat menemanimu di acara!" Rajukku
"Loh,memang baju itu yang menurutku membuatmu cantik! Kamu mau buat aku nyaman melihat penampilanmu atau mau membuat orang lain mengagumimu?" tanya suamiku.
"Ya tentu saja aku berpenampilan demi kamulah,"jawabku manja.
"Nah,berarti sudah lah,pilih baju ini ya!aku tunggu di teras jangan pake lama!"
Aku mengangguk. Segera aku berganti baju setelah dia berlalu.
Beberapa menit kemudian kami berdua sudah melangkah menuju acara pesta pernikahan rekan kerja suamiku.
Pesta meriaj di gedung yang megah. Aku sebetulnya malas jika harus mengunjungi pesta pernikahan begini. Entah berapa kali sering menolak ajakan suamiku.
Dulu waktu masih pacaran aku masih bisa menolak,tapi kalau sudah menikah begini bisa marah dia kalau aku menolah pergi.
Aku sudah bisa menebak apa yang akan terjadi di acara yang kami kunjungi. Begitu masuk ruangan semua mata terutama kaum hawa akan menatap suamiku.Â
Tak bisa dipungkiri bersih kulitnya,tinggi perawakannnya dan bulu-bulu penghias wajahnya membuat suamiku layak untuk dikategorikan sebagai lelaki tampan.
Beberapa wanita agresif persis cacing kepanasan selain senyum genit dan mata kedap-kedip beberapa ada juga yang berani mendekati suamiku.
Dengan baju pesta yang mewah gaun cantik nan seksi buatan butik ternama pastinya mereka sengaja menyingkirkan aku yang seperti biasa berbusana kebaya Brukat sederhana berpadan celana jeans pilihan suamiku tadi.
Kemudian aku perlu berdehem beberapa kali untuk mengingatkan mereka jika mataku yang melotot tak membuat mereka menjauh. Suamiku dengan gaya yang tetap dingin tak mengacuhkan mereka. Dia memang seperti sudah terbiasa menghadapi kekaguman mereka.
Jika masih juga gagal biasanya suamiku merengkuh pundakku atau memeluk mesra agar mereka menjauh.
Dan kali ini kembali standar operasi pengusiran kaum hawa sampai melingkarkan tangan dari belakang ke pingganggku.
Para wanita itupun pergi meski terlihat tak rela diusir paksa.
Bahkan kali ini dengan frekuensi suara yang bisa ditangkap jelas oleh telingaku salah satu dari mereka berkata.
"Kacau orang-orangan sawahnya dibawa segala!"
Aku hanya mengurut dada. Antara bahagia atau menderita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H