Sebuah kardus kusiapkan untuk menampung baju-baju nenek. Dua tingkat lemari Nenek selesai kubersihkan. Kemudian kuganti dengan baju-bajuku,suami dan anakku.
Hmm..lumayan juga ternyata lemari peninggalan Nenek ini,lemari memang belum terbeli pastinya karena hitung-hitungannya pasti mahal.
Tiba di bagian paling bawah lemari,tak nampak tumpukkan baju disana. Yang ada beberapa kardus. Kuambil satu persatu kardus itu keluar.
Mataku membelalak. Kubuka kardus pertama. Ada panci presto hasil arisandi Bu RT di sana. Mulutku menganga dibuatnya.
 Kubuka kardus kedua,nampak tumpukan piring yang mungkin jumlahnya lebih dari satu lusin. Di dalamnya juga lengkap dengan sendok dan garpu. Akupun semakin semangat membuka kardus lain. Keterkejutanku semakin tak tertahan ketika kulihat blender,mixer dan peralatan lain yang selama ini sering kuprotes proses pembeliannya. Ternyata Nenek menyiapkan semua untukku. Pantas saja menjelang pergi aku tak menemukan lagi barang-barang itu. Rupanya sudah diamankan olehnya. Seolah Nenek tahu bahwa ketika aku memiliki rumah, aku pasti akan membutuhkan ini semua.
Mataku kini memburam. Sebentar saja air mata itu berkejaran tak tertahankan. Pelukan suami disampingku tak mampu menenangkan. Aku tak kuasa menahan campuran rasa sedih dan haru atas apa yang Nenek berikan ,kado pernikahan yang tak terduga dalam lemari  dari wanita renta yang telah mengorbankan masa tuanya untuk mengurus aku,sebagai cucu yang ditinggalkan begitu saja oleh ayah -ibunya.Â
Love you Nek..terima kasih sudah membekaliku dengan kado terindah dalam lemari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H