"BRAK!"Â
Ada suara yang cukup keras setika kakiku menapak Asbes yang sepertinya  rapuh.  Asbespun langsung bolong dan aku terperosok lalu jatuh ke dalam dapur.
"ADUUUUUUHHH!" Teriakku tak tertahan.
Begitu cepat,entah berapa detik rasanya tubuhku melayang .
Namun untungnya aku jatuh tepat di keranjang berisi cucian hingga tak berakhir di lantai. Apakah tak sakit?ya tetap sakitlah, namanya juga jatuh.
Nenek yang sedang berada di depan tentu saja kaget mendengar keributan tak biasa dari arah dapur. Dengan tergopoh-gopoh beliau datang. Langsung saja  beliau mengomel-ngomel panjang melihat atap bocor. Cucunya jatuh tak begitu mengganggu sepertinya cuma dilirik ekor mata saja hahaha. Ya,maklum dia sudah tahu kelakuan cucunya ini.
Setelah mengeluh sakit berulang kali sambil nangis barulah Nenek membantuku berdiri.
Meskipun sambil tetap mengomel-ngomel,Nenekpun memanggilkan tukang urut untuk memeriksa aku yang dikhawatirkan keseleo atau apa karena tak mampu berdiri.
Akupun meringis melihat tukang urut yang datang. Aku meringis bukan semata sakit namun lebih dikarenakan tukang urutnya adalah tetangga sebelahku si empunya pohon jambu.
Pertanyaan mengapa bisa jatuh hanya kujawab cengiran.Sebelum pulang dia memberikan sekantung plastik jambu yang baru dia petik katanya.
Kali itu entah mengapa buah jambu itu tak lagi menggoda. Rasanya ingin ku buang jauh saja ke tempat sampah. Nenekku lah yang akhirnya menghabiskan semuanya dengan riang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H