Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Kimia

Seorang suka ngajarin kimia, demen nulis , plus hobi bikin konten

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kejadian Tak Terduga Saat Berulang Tahun (Serial Status Galau Emak-emak Kacau)

26 Juni 2019   10:57 Diperbarui: 26 Juni 2019   14:53 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perhatikan ada yang salah dengan baju saya. Dokpri

Ceritanya saya ulang tahun. Tak perlu disebutkan keberapa ya ,malu. Nah,di hari jadi saya itu entah mengapa yang terlintas adalah menemui Uwa saya,di daerah Lembang Bandung sana. 

Pagi-pagi dandan cantik. Baju dan kerudung menarik,sayang karena buru-buru pake kaos terbalik.

Seingat saya entah sudah berapa kali lebaran saya tak silaturahmi pada mereka. Padahal mereka dulu mengantarkan saya ke rumah mertua selepas menikah. 

Kami sulit berjumpa karena Uwa laki-laki sakit sehingga sulit kemana-mana. Dan saya sendiri terjebak rutinitas dengan anak 3 yang lahir,tumbuh besar dan pola berulang.

Tahun ini saya bertekad akan menemui mereka. Dan ini terealisasi di hari lahir saya. Bukan sengaja,semata karena hari ini hari terakhir suami libur,besok dia sudah bertugas. 

Tadinya saya ingin ditemani ke sana,dan anak-anak dititip Ibu mertua. Pengen jalan berdua diakhiri makan ,boleh dong sekali -kali.

Namun karena harus bertugas mengajar dulu sebentar di Bandung,maka saya pergi duluan,sembari mengurus para bocah,nanti siang suami akan menyusul dan kita janjian di suatu tempat yang mudah dijangkau menuju Lembang.

Sayangnya atas nama jebakan buru-buru, chargeran tertinggal,dan sialnya HP sudah low bath. Ah,tadinya dipikir gampanglah bisa pinjam punya teman sejawat atau karyawan di tempat kerja.

Apa dinyana handphone saya ternyata tak bisa sembarangan dipasangi chargeran,bentuknya lebih besar dibanding umumnya. Jadilah saya bingung mengingat hanya tersisa 5 % daya baterai. Sementara nun jauh di sana suami mengeluh tak bisa meninggalkan si kecil yang rada rewel karena kemarin kelamaan liburan bareng emaknya.

Acara pergi ke Lembang berdua gagal sepertinya mengingat suami yang posisi masih di rumah jam 1 siang. Dia menyarankan saya pergi sendiri agar tak terlalu kesorean,biarlah pulangnya saja yang bersama.

Saya memutuskan akan memilih ojek on line alias Ojol saja. Namun mengingat hp yang semakin low bath sayapun putar otak mencari toko pengisian pulsa aksesoris dll yang biasanya membuka tental pengecasan.

Sayangnya di daerah pajajaran itu tak saya temukan. Ada juga sebuah mall kecil khusus penjualan handphone,sayapun akhirnya kepikiran buat membeli chargeran baru saja,barangkali dapat barang 50 ribu rupiah gitu.

Apa di kata setelah tanya-tanya,chargeran termurah 125 ribu rupiah. Masa iya saya harus mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli chargeran cadangan. Yang namanya cadangan harusnya lebih murah.

Melihat saya yang kebingungan,penjaga aksesoriss handphone merasa iba sepertinya. Dia menawarkan kebaikan untuk mengecaskan handphone saya menggunakan chargeran yang 125 ribu. Chargeran itu dia buka kemudian dipasangkanlah pada hp saya.

Saya pun bisa memesan Ojol karenanya. Setelah menuggu terisi sekitar 20 % sayapun pamit,namun sayangnya si Mba penyelamat tak mau diberi uang sepeserpun atas jasa mengisi baterai. chargeran itu ia rapihkan kembali. Bagi saya dia terlihat seperti malaikat bersayap ketika dia bilang kasihan melihat saya tak bisa menghubungi kemana-mana. Terimakasih Mba, ucap saya berulang.

Sayapun menggunakan Ojol menuju Lembang. Baru kali ini tentunya karena beberapa tahun yang lalu belum ada ojol.

Ketika akan masuk ke gerbang situ nampaklah Opang menatap garang. Aduh driver ojol panik. Saya juga iku tak enak hati. Driver Ojol akhirnya bertanya pada para Opang boleh atau tidaknya saya diantarkan ke tujuan.

Mereka meminta saya turun dan berganti opang,sayapun dengan tegas menolak dengan galak dengan alasan rumah yang dituju sudah dekat. Melihat kegalakan saya, Opang menciut,tapi dia meminta Driver Ojol nanti kembali ke pangkalan entah untuk diapakan.

Khawatir dia mendapat kekerasan begitu sampai tujua,driver itu saya suruh melewati jalan yang berbeda dengan jalan tadi. Takut juga dia diapa-apakan oleh opang. Ini yang kurang saya suka dari opang. Dalam hati saya mendoakan driver Ojol selamat dan tak kurang suatu apapun. 

Saya membuka pintu gerbang kediaman Uwa. Di luar tampak Uwa Lelaki tengah duduk sendirian.

Meskipun matanya terbuka lebar,namun karena penyakit gula,beliau tak bisa lagi melihat. Sayapun mengucapkan salam dengan volume sedikit keras,karena selain tak dapat melihat,pendengarannyapun telah berkurang. Saya menyebutkan nama.

 Uwapun bertanya saya datang dengan siapa. Setelah saya menyebutkan datang sendirian,dia berdiri kenudian melangkah pelan menuju pintu rumah.

Rupanya Uwa Istri sedang ke Bandung berbelanja. Dan demi alasan keamanan mungkin,beliau duduk di luar dengan kondisi rumah dikunci. Dia telah duduk dari pukul 11 sementara ini pukul 14,waw lumayan 3 jam.

Ya sementara Uwa Lelaki sudah mengalami keterbatasan gerak,uwa Istri masih kuat untuk bberaktifitas kesana kemari. Bukannya tak diberi nafkah oleh anak,namun memang Uwa terbiasa dagang sedari dulu. Selagi kuat maka beliau tetap betaktifitas .

Uwa yang mengalami masalah dengan penglihatan,berusaha membuka pintu. Dokpri
Uwa yang mengalami masalah dengan penglihatan,berusaha membuka pintu. Dokpri
Meskipun saya tahu dia kesulitan memilih kunci dan membuka pintu,namun saya tak bantu proses itu karena saya yakin dia sudah terlatih dan takut tersinggung juga jika dibantu,setelah berhasil terbuka,barulah saya bantu memapahnya menuju kursi.

Rumah Uwa ini cukup besar. Ruang tengahnya begutu luas dengan berbagai foto terpasang di dinding. Dari foto anak-anaknya kecil,Sekolah,hingga foto wisuda. Ada pula foto-foto cucu cicitnya.

Uwa di yengah rumah besarnya yang dihiasi foto-foto. Dokpri
Uwa di yengah rumah besarnya yang dihiasi foto-foto. Dokpri
Yang membuat ramai ruangan itu ya hanya foto-foto itu,sementara orang-orang aslinya alias anak ,menantu,cucu dan cicit,jarang sekali mengunjuginya. Ada nada kerinduan terselip dari cerita Uwa.

Saya menatap sosok yang meskipun  renta namun terlihat tegap. Ketika di tanya usia,dia memperkirakan usianya 83 tahun. Menurut ceritanya pada saat Jepang menjajah, dia sudah duduk di kelas 2 SD,tapi tak tahu juga ya,apa kelas 2 SD jaman dahulu sama usianya dengan kelas 2 SD jaman sekarang.

Sekitar jam 3 datanglah Uwa istri. Beliau tampak senang bertemu saya. Dimintanya saya untuk makan nanti setelah dia memasak nasi. Artinya saya harus menunggu satu atau dua jam ke depan, karena alasan meninggalkan anak sayapun memilih pamit,khawatir juga macet akan membuat saya lama sampai ke rumah. Maklum Lembangkan kini terkenal dengan macetnya semenjak banyak dibuat tempat wisata.

Pasangan Uwa. Dokpri
Pasangan Uwa. Dokpri
Lucunya,Wa Istri memilih mengantar saya. Seperti halnya menuntun anak kecil(entah dimatanya saya masih kecl) dia memberikan uang 20 ribu untuk ongkos dan melarang saya menggunakan ojol dengan alasan mahal. 

Setelah memberhentikan angkot,tak lupa dia berpesan pada pak supir agar saya diturunkan di stasiun Bandung. Sayapun menurut saja meskioun ingin tertawa. Saya hargai niat baiknya. Setelah jauh dari Uwa mengantar,saya turun dan kembali memesan ojol wk wk wk.

Bagaimana dengan si cinta yang berencana menemani saya di hari ulang tahun?ya dia berhasil kabur dan menitipkan anak-anak tepat ketika saya otw menuju Bandung. Akan lama jika dipaksakan ke Bandung kamipun akhirnya berjanjian makan di daerah Jatinangor yang sudah dekat dengan rumah.

Meskipun dia harus menunggu lama untuk saya tiba pada akhirnya.

Selepas magrib saya baru bisa bertemu suami. Sesuai rencana kamipun makan. Alhamdulillah di ulang tahun saya kali ini, ada rezeki lebih,biasanya pas ulang tahun begini selain saat liburan juga puncak bokek karena lepas lebaran.

Jika biasanya cukup membeli bakso di pinggir jalan,maka kali ini suami mentraktir saya makan di rumah makan nuansa Jepang. Ah,selain rasa yang memang kurang familiar  juga saya kesulitan memegang sumpit. Saking sulitnya sumpitpun sampai jatuh dan harus diganti.

Makan malampun usai sebagai penutup hari ulang tahun saya. Alhamdulilah.

Merayakan ulang tahun dengan suami. Dokpri
Merayakan ulang tahun dengan suami. Dokpri
Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Si mba yang menolong saya untuk meminjamkan  chargeran mengingatkan diri saya untuk menolong orang lain yang kesulitan tanpa perlu tahu dia siapa  dan tanpa pamrih.

Uwa yang telah tua dan sakit-sakitan juga mengingatkan saya untuk bersyukur masih sehat dan kuat kemana-mana.

Saya juga harus bisa menjaga kesehatan,menjaga pola makan agar tak mengalami penyakut serius seperti Uwa saya.

Selalu mengunjungi orang tua merupakan obat yang luar biasa bagi mereka. Kehadiran kita adalah obat kesepian mereka.

 Dan tak lupa saya harus berusaha menyayangi anak-anak sepenuh hati karena mereka investasi saya masa depan. Apa yang saya tanam,itu yang akan saya petik kelak . Semoga mereka untuk menyayangi kami ayah ibunya jika tua dan sakit nanti. 

Jikapun mereka tak bisa menemani kelak seutuhnya semoga saya dan suami bisa saling menjaga seperti pasangan Uwa saya.

 Pada akhirnya mungkin  sayapun  akan berdua saja dengan suami nanti jika anak-anak sudah memiliki rumah tangga. Kemesraan di ujung hari jadi saya semoga  terjaga hingga kakek nenek kelak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun