Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cerita di Balik Mudik:Bagian 4 (Serial Status Galau Emak-emak Kacau)

20 Juni 2019   06:16 Diperbarui: 20 Juni 2019   08:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancuran dulu dan kini. Foto: Irma T.H

Sertifikat tanah. Foto: Irma T.H
Sertifikat tanah. Foto: Irma T.H
Aslinya gratis mengurus surat-surat ini. Tapi buat orang Indonesia yang sudah kadung terbiasa memberi dan menerima tips,tetap saja ada serah terima uang . Begitu juga Bapak Mertua.

Dengan surat tanah ini,maka keamanan tanah Bapak mertua terjaga. Selama ini sering terjadi perselisihan faham antara beliau dengan susara-saudaranya. Kalau sudah jelas begini maka  klaim mereka bisa dibantahkan. Jikapun ingin dijual harganya juga akan lumayan. Rumah yang kami tempati juga kini sudah bersertifikat loh.

Rumah yang sudah memiliki sertifikat tanah. Dokpri
Rumah yang sudah memiliki sertifikat tanah. Dokpri
Anak-anak juga mendapat oleh-oleh. Mereka dibekali aksesoris alami terbuat dari daedaunan . Alampun bisa dijadikan teman. Tak perlu keluar uang untuk  berkreasi.

Mahkota dari daun. Dokpri
Mahkota dari daun. Dokpri
Seperti halnya saat pergi,waktu kembali mudik sama selepas ashar. Harapan mobil kosong hanya tinggal angan. Kue kaleng yang sudah hilang dibagikan berganti dengan sekarung pisang,kelapa dan oleh-oleh lainnya. 

Senangnya kalau pulang mudik ya itu dia segala oleh-oleh dibekalkan. Karena tak ada tempat,para burung dalam kardus diletakkan dipangkuan sang penerima.

Berdesakan kembali di mobil. Dokumen Pribadi
Berdesakan kembali di mobil. Dokumen Pribadi
Formasi duduk masih sama, badan yang saling berdempetan,kaki yang tak jelas harus disimpan di mana karena pijakan penuh oleh barang.

Perlahan kami meninggalkan Desa Cipari sebelum gelap menjelang.

Selamat tinggal Desa Cipari. Dokumen Pribadi
Selamat tinggal Desa Cipari. Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun