Karena rumahnya tak jauh dari perumahan tempat saya tinggal,saya menduga bukan hanya saya yang sering bertemu dennya.
Taruhan,pasti penduduk di sini sering bertemu dengannya. Belum lagi tetangga -tetangganya. Daerah dinasnya yang terlalu dekat dengan tempat tinggalnya membuat dia jelas sering bertemu dengan orang yang dikenalnya. Malulah dia? sepertinya tidak. Buktinya dia tetap  mengemis meskipun sering bertemu saya.
Kuat dugaan saya dia mengemis dekat jalan tol karena di situ tempat turun naiknya orang dari kuar kota mengingat bis antar kota Berseliweran dan memainkan turunkan penumpang di sana . Sepertinya itulah target orang yang akan dia mintai uang.
Masalah bertemu dengan orang sedaerah atau tetangga sebelah baginya sudah tak jadi masalah. Mukanya sudah cukup tebal untuk itu.
Saya kadang iseng merampok pandangan padanya untuk mencari tahu apa yang membuat orang-orang memberi uang padanya. Dibilang mengkhawatirkan rasanya tidak, setiap orang saya yakin menilainya sebagai orang sehat. Meskipun kaki sebelahnya diperban,apa iya itu membuat orang kasihan?
Di bulan Ramadan ini, mungkin dia memanfaatkan perintah untuk bersedekah pada fakir miskin. Dia tahu orang akan memberinya sedekah karena ada penambahan pahala yang berlipat ganda di bulan suci ini. Bisa jadi orang hanya ingin memberi sebagai implementasi ibadah karena hanya dia yang ada di depan mata,maka dialah yang beruntung mendapatkan pulus.
Terbayangkan orang kini sedang berlomba-lomba dalam kebaikan,jika begitu nilai rupiah yang masuk ke kantungnya pasti membludak. Di hari biasa saja dengan profesinya itu dia bisa memiliki rumah dan beberapa kendaraan bermotor serta menyekolahkan anaknya di sekolah swasta yang cukup mahal di daerah ini.
Kabar dia memiliki harta melimpah bukan lagi menjadi rahasia umum,semua orang di daerah saya mengenal dan tahu seperti apa perekonomiannya dari ladang mengemis.
Entah mengapa,memang orang-orang di sekitar kita itu kalau ada yang menengadahkan tangan sebagai pengemis,sepertinya tak susah memberi. Memang sih mungkin dalam pikirannya ah,tak seberapa ini,anggap aja beramal. Tapi pemikiran seperti itu sukses membuat pengemis menjamur apalagi di bulan Ramadan.
Cobalah dipikir ulang sebelum memberi,dilihat dulu orang yang meminta,jangan seperti pengemis yang saya ceritakan di atas tadi yang masih setia dan bersemangat meminta uang tanpa melakukan sesuatu yang berarti.
Saya sih lebih menghargai para pengamen. Meskipun suara pas-pasan namun ketika dia berusaha bernyanyi apalagi dengan alat musik gitar misalnya maka saya tak sungkan memberinya recehan atau ribuan jika yang mengamen cukup menghibur dengan suar dan aksi bernyanyinya. Atau orang yang berjualan mungkin lebih terhormat.Â