"Wah, di kontrakan ini dapat semua Mba? "tanya saya.
"Enggak teh, cuma saya! "jawabnya sambil tersenyum senang.
Dia menunjukkan kartu PKH yang diperolehnya tak lama setelah berkumpul di desa. Â
Jadi, setiap tiga bulan biasanya ada pemberitahuan dari ketua PKH jika uang akan cair. Â Besarannya 500.000 rupiah untuk setiap kali pencairan.
Pembagiannya benar-benar gratis kalau dulu kan ada bayarnya juga katanya.
Paling tidak kata Mba Endang untuk beberapa hari, keluarga bisa makan karena beras gratis. Lauk-pauknya kan gampang ibaratnya asal ada nasi campur garam saja cukup lah. Buat kita beras 8 kg tak masalah buat keluarga Mba Endang sangat luar biasa.
Dulu jaman belum dapat beras kalau beras sudah tinggal sedikit namun uang paceklik, agar cukup berasnya dibuat bubur. Lalu lauk pauknya terigu saja digoreng asal enak ditambahkanlah pelezat rasa ayam, ih sedih banget ya.
Bisa makan enak itu katanya kalau ada tetangga yang tahlilan. Kan lumayan tuh sama yang punya rumah suka dikasih bingkisan Sebangsa kue, teh dan mie instan. Kadang dus nasi juga. Makanya kalau bisa saat tahlilan semua anggota keluarga dikerahkan untuk menghadirinya. Ini antara miris dan lucu sebenarnya.
Selain dapat suntikan beras perbulan dan uang pertiga bulan ada lagi dana yang dialirkan pemerintah untuk Ovi, Salwa, dan Farel tiga anaknya untuk sekolah. Â Untuk yang masih sekolah dasar besaranya 450.000 sementara untuk yang SMP besarannya 750.000 dibagikan saat menjelang masuk sekolah.
"Ya besarlah teh, paling tidak tiap tahun ajaran baru saya tak usah pusing mikirin beli buku, beli sepatu dan seragam saya cuma tinggal cari uang buat kontrakan sama makan sehari-hari!" begitu katanya.