Sore itu katanya dia sedang mengepel lantai depan kamar mandi yang basah oleh rembesan air. Tak dinyana tiba-tiba air menerjang. Dia terdorong oleh pintu ke bagian depan rumah,kemudian terhempas lagi ke belakang.
Dengan lantang katanya dia berteriak.
" Tuhan Jangan Buat Mati aku sekarang!"
Setelah kembali terombang-ambing kel depan rumah, barulah tembok rumahnya runtuh. Dia selamat tak terkena runtuhan rumah. Selepas itu dia pingsan saat orang-orang sudah mulai datang dan mengerumuninya.
Sambil menahan haru sayapun menuju rumah. Apa kabar rumah saya coba. Kata suami sih ruang tamu dan kamar mandi sudah dibersihkan lumpurnya. Tinggal bagian kamar saja.
Suami menyemprotkan air, saya yang membersihkan lantai. Tempat tidur terpaksa di keluarkan, lemaripun harus digeser-geser.
Lumpur selesai kami bersihkan. Namun perasaan kami tak tenang karena mendung kembali terlihat dan air hujan mulai nampak. Sepertinya sementara hingga tanggul diperbaiki secara permanen kami harus memasang tumpukan karung pasir untuk menahan air masuk.
Bencana bisa terjadi di mana saja. Jika biasanya Saya melihat di televisi,ternyata kini saya merasakan duka derita korban bencana banjir membersihkan rumah.Â
 Semoga ada hikmahnya. Paling tidak saya dan suami bisa berduaan saja tanpa 3 bocah yang biasa mengikuti, mereka aman bersama neneknya.