Malam itu tidur kami berdua tentu tak lelap. Khawatir hujan kembali turun tengah malam dan air masuk lagi ke perumahan karena tanggul rumah Tante jelas belum tertutup.
Percakapan gruppun ramai membahas kabar Tante. Dia yang berjualan sayur jelas sangat dekat dengan kami para ibu. Setiap pagi warungnya kami kunjungi. Kami semua sedih dan bersimpati.
Esok harinya alias tadi pagi suami pergi duluan ke perumahan tempat tinggal kami untuk mengecek. Saya harus memparipurnakan dulu pekerjaan rumah dan antar mengantar anak ke sekolah dan memastikan si bungsu tertidur sebelum saya menyusul suami membereskan rumah.
Selisih 2 jam, baru saya pergi ke sana. Begitu tiba, saya tidak masuk dulu ke rumah melainkan mengunjungi rumah Tante.
Pagi itu nyaris semua Bapak-bapak bekerja bakti membersihkan sungai dan memasangkan tumpukan pasir sebagai penahan sementara. Tadinya saya kira hanya selokan kecil ternyata lumayan juga.
Lalu di manakah pemilik rumah?Sayapun sempat menemuinya. Dia masih termenung menatap dagangannya yang sudah tak karuan. Ada kesedihan yang terselip di setiap cerita yang dia ungkapkan.