Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kisah di Balik Setiap Foto Kereta

20 November 2018   16:33 Diperbarui: 20 November 2018   16:37 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakkan dalam kereta. Dokpri

Nyaris setiap hari menggunakan kereta api termyata membuat galeri gawai saya penuh oleh gambar kereta api. Setiap gambar menyimpan cerita pastinya. 

Seperti foto ini . Foto ini  saya ambil ketika turun dari kereta, namun tak bisa menyebrangi rel menuju pintu keluar karena terhalang kereta lain yang akan lewat dengan berlawanan arah. 

Kalau nekad bisa sih masuk ke kereta tersebut untuk numpang lewat, tapi kalau keretanya melaju, nah itu gawat. 

Suasana stasiun kereta Rancaekek di pagi hari. Dokpri
Suasana stasiun kereta Rancaekek di pagi hari. Dokpri
Nah, foto yang satu ini saya ambil saat akan menaiki kereta dipagi buta. Selepas shubuhlah. Saya kira hanya saya yang pergi sepagi itu, ternyata stasiun Rancaekek sudah ramai sekali pagi itu.  Ada gerombolan pelajar, ada kelompok Ibu-ibu yang mau kepasar. Banyak pula pekerja kantoran yang pergi sebelum fajar. Rancaekek letaknya sekitar 20kman dari Bandung. Banyak penduduk Rancaekek yang beraktifitas di Bandung.

 Kendala jarak bukanlah masalah berarti. Menggunakan kereta adalah satu-satunya transfortasi yang cepat menuju Bandung. Selain cepat juga murah. Cukup 5000 saja. 

Menyambut kereta datang. Dokumen pribadi
Menyambut kereta datang. Dokumen pribadi
Menyambut kereta datang merupakan momen yang seru. Mengapa?  Karena jika penumpang yang akan naik terlihat mebludak maka kita harus pandai-pandai memilih-milih gerbong yang akan kita naiki. Gerbong tengah adalah gerbong yang rata-rata rata dipilih penumpang . Karenanya gerbong tengah biasanya penuh dan kalau tidak gerak cepat maka sering kali tak kebagian duduk.

 Nah setelah mengamati beberapa tahun, saya mendapat kesimpulan bahwa, jika ingin mendapat kursi pilihlah gerbong yang paling depan atau yang paling belakang sekalian. Mengapa?  alasannya adalah orang-orang jarang yang mau bergeser menunggu ke gerbong belakang atau maju ke gerbong depan. Begitu kereta mendekat mereka langsung masuk sedapatnya gerbong. 

Penampakkan dalam kereta. Dokpri
Penampakkan dalam kereta. Dokpri
Jikalau pulang menggunakan kereta di saat jam sibuk, begini deh penampakkannya. Meski sudah berjuang dengam berebutan kursi namun memang susah bisa duduk manis di kursi kosong.

 Yang ini bisa disiasati dengan kejelian mata melihat celah duduk meski hanya sedikit. Pandanglah sekitar. Lihatlah kursi yang diduduki oleh penumpang lelaki . Laki-laki itu biasanya meski kursi berkapasitas dua orang sudah terisi namun diujung kursi masih ada sedikit lahan untuk diduduki. 

Dengan sopan bilanglah permisi pada mereka dan minta ijin menitipkan diri untuk duduk sedikit. Kadang kalau mereka peka biasanya mereka mengalah berdiri, kalau tidak ya lumayanlah bisa duduk meski seiprit. 

Jangan mengganggu duduknya para wanita ya, karena dijamin takkan ada celah, maklum onderdil belakang wanita makan tempat banyak sepetti punya saya wk wk  wk. 

Atap kereta dari atas. Dokpri
Atap kereta dari atas. Dokpri
Foto ini saya ambil dari jembatan dibatas rel dekat stasiun Bandung. Kebetulan kereta sedang lewat. Kalau ini adalah film eksyen, maka saya akan melompat  ke atas kereta mengindari kejaran penjahat. Lalu lari dari atas gerbong yang satu ke gerbong yang lain. 

Menunggu kereta lewat. Dokpri
Menunggu kereta lewat. Dokpri
Buat penumpang kereta, ditinggalkan kereta di depan mata itu sakitnya luar biasa. Padahal saya sudah terburu-buru berlari menuju stasiun. Hanya telat beberapa detik saja dan kereta melaju dengan cueknya tanpa mau tahu kembang kempisnya nafas saat berlari.  

Bagian menyakitkannya ya itu tadi dia lewat di depan mata. Kalau sudah begitu saya harus menunggu jadwal kereta selanjutnya yang bisa sampe 1 jam di depan. 

Kereta datang, namun tiket telah habis. Dokpri
Kereta datang, namun tiket telah habis. Dokpri
Yang terakhir ini lebih ngenes lagi. Tiba di stasium tepat saat kereta datang. Sengaja menggunakan jasa ojek on line agar tepat waktu mendapatkan kereta. Uang 10.000 yang diberikan pada driver tak diminta kembalian meski lumayan bersisa 5000. Dengan pede malah memintanya mengambil kembalian. Itung-itung beramal ceritanya. Dan tanda terimakasih karena dia berhasil mengantar saya tepat waktu. 

Apa mau dikata begitu sampai depan loket sang penjaga loket berkata bahwa loket keretanya habis sudah tak bersisa.  Dan mata ini harus rela melepas kepergian kereta tanpa diberi kesempatan mengejar karena pintu pagar sudah tertutup .  Hatipun dilanda perasaan kecewa. 

Itulah sekelumit kisah saya yang terselip dibalik setiap foto bersama kereta. Apakah anda punya juga? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun