Heran ya, semenjak jadi emak-emak, tubuh ini dibombardir lemak. Padahal kadang karena cape mengurus rumah dan penghuninya membuat saya sampai melewatkan jam makan. Artinya ,saya kurang makankan?
Ya, memang sih  sering saya menghabiskan makanan atau cemilan anak-anak jika bersisa dengan dalil mubazir, ,apa itu penyebabnya ya?Â
Seringkali juga  sebelum masak lapar menggila, tapi begitu beres masak laparnya sudah hilang, apa mungkin karena selama masak segala dicoba hingga selera makanya lenyap.
Bukankah itu menujukkan bahwa saya juga jadinya kurang makan? tapi kenapa timbangan badan selalu tak bersahabat? Turunnya pelan-pelan tapi naiknya kurang ajar.
Jika harus kembali kurus rasanya tak mungkin 20 kg bagaimana cara menurunkanya coba. Tapi ya minimal saya ingin sehatlah!
Olah raga murah meriah yang bisa saya lakukan adalah bersepeda. Sudah beberapa bulan ini meski ada motor namun kemana-mana saya memilih bersepeda.
Sepeda tua berwarna merah yang daya beri nama si Merah ( standar banget namanya ya) kembali wara-wiri.
Supaya efek pembakarannya lemaknya berlipat-lIpat ,seringkali saya mengayuh sepeda sambil menggendong si kecil.Â
Begitupun pada minggu pagi ini. Setelah mandi dan gosok gigi, saya bersiap-siap bersepeda ria. Karena suami ada di rumah, maka anak-anak saya titipkan padanya.
Awalnya dia sedikit manyun, namun bayangan kalau istrinya ini akan menjadi seksi setelah rajin bersepeda mungkin jadi alasan dia mengiyakan.
Udara segar membuat saya bersemangat menggoes sepeda. minggu ini ada acara rapat di kantor. Kenapa dipilih hari minggu, karena pada hari biasanya semua pengajar termasuk saya, mengajar di beberapa tempat yang berbeda sehingga sulit untuk mengumpulkan pada jam yang sama.
Dengan perkiraan waktu 3 jam sampai (perkiraan kasar, karena ini pengalaman pertama) maka mulai pergi dari rumah jam 7 sementara rapatnya dimulai jam 10.
Saat jalan yang dilalui lurus atau menurun wah, Â senangnya luar biasa karena bisa mengayuh pedal dengan cepat sehingga bibirpun bisa sambil bersenandung hingga dua album.
Namun jika jalan yang dilalui menanjak, rasanya ingin balik kanan dan kembali pulang tak kuat kaki pegal, nafas tersengal-sengal dan aliran keringat dari segala penjuru.
Setengah jam kemudian sayapun sampai di batas kota. Sudah hampir sampai? belum saudara-saudara ! baru 1/8 nya jalan yang ditempuh karena memang rumah saya dekat perbatasan kota.
Namun rencana tinggallah rencana saat lewat 100 meteran dari batas kota, tiba-tiba terdengar "jeklek" dan pedalpun tak bisa diputar lagi.
Sayapun turun dari sepeda dan memeriksa pedal. Hmm.. Sepertinya baik-baik saja, lalu saya periksa bagian tengah ke belakang, ternyata terlihatlah rantai lepas.
Ini adalah kejadian pertama kali yang saya alami. Meski ini sepeda tua, namun si merah belum pernah mengalami kerusakan. Saya kebingungan memikirkan bagaimana cara mengatasinya. Mencoba menarik-narik rantai agar kembali ke jalurnya ternyata susah sekali.
Keringatpun bercucuran. Iseng-iseng berhadiah meminta pertolongan pada orang . Seorang pemuda yang sedang lari pagipun saya jadikan korban.
"Maaf dek, boleh minta tolong? " tanya saya.
Awalnya dia terlihat takut. Namun mungkin setelah melihat tampang saya yang imut diapun mendekati.
" Ini rantai belakangnya lepas dari jalur, bisa tolong benerin ga? "
Tanpa banyak bicara dia langsung bekerja. Sekali gagal, dua kali masih gagal namun setelah berkali-kali dia gagal juga mencoba mengembalikan rantai pada jalurnya,akhirnya diapun berkata.
" Maaf bu, saya buru-buru nih, itu didepan ada bengkel, coba ibu bawa aja ke sana, "
Meski tak bisa namun dia tak mau mengaku sepertinya. Baiklah dek, ini memang derita saya. Sebelum pergi saya ucapkan terima kasih.
Saya melirik jam yang tertera di handphone. Sudah nyaris pukul 8. Sepertinya sudah terlambat untuk membetulkan dulu sepeda dan meneruskan perjalanan dengan menggoesnya.
Akhirnya saya mencari tempat untuk memarkirkan si merah. Sepertinya mesjid terdekat cocok untuk jadi tempat peristirahatan si merah sementara. Mesjid saya pilih dengan alasan tak akan ada yang berani mencuri di depan mesjid karena pasti dosanya berlipat -lipat. Ah, tapi sebenarnya siapa juga yang mau menggondol sepeda tua ini?Â
Setelah si merah parkir dengan aman sayapun melanjutkan perjalanan menggunakan bis kota alias Damri. Nyaris saja saya ketinggalan bis ini, meski harus menjadi atlet marathon dadakan, syukurlah saya berhasil mengejarnya.Â
Semenjak pak Emil berkuasa di kota Bandung, bis yang satu ini menjadi nyaman untuk dinaiki. Sudah tak ada lagi bis butut, dengan yang gasnya keluar seperti kentut .
Sayapun duduk dengan manis tanpa perlu memilih tempat duduk karena tak penuh alias irit penumpang di hari libur ini.
Bispun melaju. Setelah nafas terasa lebih teratur sayapun membuka tas dan mengambil susu kotak indomilk yang sudah saya bekal dari rumah.
Jika biasanya saya hanya meminum susu indomilk UHT mini persis dengan yang diminum si kecil (rasa strawbery atau coklat) dengan alasan irit biar sekali belanja. Maka kemarin saya mencoba membeli varian new indomilk UHT 250 ml keluaran 2017 di mini market terdekat.Â
Ternyata enak juga varian yang satu ini. Entah haus atau doyan, saya minum sampai berteguk-teguk dan cukup banyak yang masuk perut.
Selain bergerak alias berolahraga, asupan untuk tubuhpun harus saya perhatikan. Bukan cuma enak, tapi gizinya harus diperhatikan. Dan susu tak terbantahkan lagi merupakan minuman yang penuh gizi.Â
Saya memang terbiasa mengkonsumsi susu. Tahukah anda bahwa susu mememiliki nutrisi yang membantu kulit untuk terlihat baik karena ada enzim yang dihasilkan asam laktat dimana enzimnya mampu membantu kulit agar halus. Wah, buat emak-emak memiliki kulit halus itu cita-cita.Â
Seperti yang kita tahu juga, susu  mengandung kalsium yang mampu mencegah osteoporosis dan menghambat kerusakan gigi serta gigi berlubang.
Selain kalsium, ada juga protein yang terkandung dalam susu. Protein mampu memulihkan otot setelah beraktifitas. Makanya susu indomilk ini cocok untuk dinikmati setelah selesai berolah raga.
Meski perginya gagal bersepeda hingga tempat kerja, tapi lumayanlah badan ini berhasil bersepeda hingga batas kota adalah 3 sampe 4 kilometeran melebihi jarak tempuh biasanya yang paling jauh hanya ke warung, ya lumayan kan?Â
Semoga timbunan lemak ini tak lagi muncul membabi buta esok atau lusa.
Dan air susu indomilk yang mengaliri tubuh ini menjadi pendamping yang baik untuk sehatnya tubuh ini karena kandungan gizinya yang luar biasa.
Untuk sementara saya bisa bernafas lega, biarlah nanti sepulang rapat otak saya berpikiran keras lagi bagaimana bisa mengayuh kembali sepeda menuju rumah.
Sayapun mereguk kembali susu indomilk dengan nikmatnya sambil meratapi nasib sepeda.Â
[caption caption="Susu kotak indomilk. Dokumen seroya. com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H