Kuciumi kaosnya yang bau asem saat dia tak ada di rumah. Kupandangi kolor merahnya yang biasa dia pakai saat santai di hari minggu. Kusemprot minyak wangi murahan dapat hasil ngutang yang biasa menusuk hidungku.
Di akhir desember menjelang pergantian tahun saat kucari-cari keberadaanya, ternyata dia sedang nongkrong di atas genteng. Meski risih tetap kutemani dia.
Awalnya dia menepiskan tangan saat ku pegang. Selanjutnya dia menutup kuping saat aku mengajukan prolog untuk menjelaskan apa yang kurasa kini dan rasa sesal yang kuakui.
Beberapa kali dia malah turun naik genteng karena tak mau kutemani.
Sementara aku terus membuntuti meski kaki pegal dam tangan kesemutan menarik-narik tangannya yang dilipat di dada dengan kuat.
Kuputuskan untuk mengambil gitar kesayanganya.
Kunyanyikan lagu " tak bisa jauh" nya slank dengan nada seadanya namun gaya diada ada.
Sengaja menggunakan baju baru yang dibeli di pasar minggu. Rambutpun dipaksa lurus menggunakan setrika baju ( jangan tanya caranya karena perlu keahlian khusus).
Bibir merah merona menggunakan lipstik hasil pinjaman. Bulu ketek yang biasanya ngintip dengan tidak sopan sudah di babat habis hingga selicin landasan pesawat.
Untunglah hatinya luluh. Kamipun lalu konser berdua bersahut-sahutan bernyanyi lagu cinta, seperti dulu saat remaja, sambil saling bersender hingga kembang api mulai menghiasi langit malam.
Suara kami hilang ditelan  Bledak- Bleduk dan  Jedar -Jeder kembang api dari sana-sini
Berakhirlah tahun 2016..bersama berakhirnya marahan kami..