Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Ketika Pepes Ikan Mas Membuat Gemas

9 Juni 2016   05:33 Diperbarui: 9 Juni 2016   07:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Event kuliner"][/caption]Siang itu di sebuah ruangan tampak seorang Ibu tengah menyiapkan acara makan. Lima buah piring sudah dia siapkan untuk ke lima anaknya. Setelah siap, dipanggilnya ke lima anaknya itu. Sementara jari telunjuknya memijit tombol tv.

Tak lama ke lima anaknya sudah berkumpul. Sang ibupun mulai membagikan nasi ke dalam lima piring dengan sama rata. Sementara itu di tv tampak sedang berlangsung acara makan-makan yang biasa dibawakan Pak Bandon.

"Selamat siang pemirsa. Kali ini saya sedang berkunjung ke kota Bandung, seperti kita ketahui Bandung terkenal sekali dengan kulinernya, penasaran? Mari ikuti terus perjalanan saya! " terlihat gerakan tangan Pak Bandon seolah-olah mengajak penonton untuk mengikutinya berjalan menuju sebuah rumah makan.

"Wah acaranya di Bandung bu,!" seru Ujang, anak pertama .

"Iya, dimana ya itu Bu? " Atep anak ke dua ikut nimbrung.

"Hmm dimana ya? Sepertinya ibu kenal tempat itu? "sambil membagi-bagi piring yang sudah diisi nasi dan lauknya sang Ibu coba mengingat tempat yang telihat di tv.

"Pemirsa.. Kali ini saya memesan pepes ikan mas yang terkenal dari daerah ini. Mari kita coba kelezatan pepes ikan masnya. Waw,lihat pemirsa antrian pembeli pepes ikan mas ini sungguh luar biasa! " sambil menunggu pesanannya Pak Bandon menunjukkan antrian pembeli yang sudah mengekor sampai ke jalan raya.

Ke enam pasang mata itu terus memperhatikan pak Bandon. Sementara makanan di piring dah siap dimakan.
Tak lama pesanan pak Bandon terlihat sudah tersaji di hadapannya.

"Pemirsa dihadapan saya sudah nampak nasi liwet yang masih berada di dalam kastrolnya. Baru matang sepertinya pemirsa masih terasa panas, "Pak Bandon memperlihatkan nasi liwet dalam kastrol.

Terlihat ada daun salam serta batang serai diantara nasi liwet itu. Nampak juga beberapa siung bawang merah dan cabe rawit. Dan asap masih mengepul dari nasi liwet itu.

"Pemirsa mari kita coba nasi liwet ini.. ," setelah nasi liwet berpindah ke dalam piring Pak Bandon mencuilnya. Meniup sebentar lalu menyuapkan ke dalam mulutnya.

"hmmm... Nasi liwetnya enak sekali terasa gurih pak nyuss! " dengan gaya jari kelingking digoyang-goyang Pak Bandon memuji rasa nasi liwet itu.

Kelima anak yang berada di depan tv mengikuti gaya pak Bandon menyuap nasi di hadapan mereka lalu tertawa saat menggoyang-goyangkan jari kelingking.

"Pemirsa.. Mari segera kita coba pepes ikan masnya. "

Jari Pak Bandon membuka daun pisang yang membungkus pepes ikan mas itu. Begitu terbuka nampaklah ikan mas berukuran cukup besar dengan berbalut bumbu kuning dimana disekitaranya menempel daun kemangi, dauh salam, batang serai dan beberapa cabe rawit.

"Wah, pemirsa melihat tampilannya pepes ikan mas ini begitu menggugah selera lihatlah pemirsa.. "Pak Bandon mencuil daging ikan mas. Para pemirsa cilik yang ada di depan tv tak bisa menahan air liur yang berkejaran dari sudut mulut mereka.Ibu merekapun tersenyum.

Saat culian daging ikan mas itu menuju mulutnya, tiba-tiba gambar di tv buram dan seperti bersemut.

"IBUUU..! "panggil mereka serempak. Sang Ibupun dengan sigap membetulkan antene murah di atas tv. Setelah beberapa kali gonta -ganti posisi akhirnya gambar Pak Bandon muncul lagi.

"Pepes ikan masnya ehm.... Paknyusss sekali! " sepertinya Pak Bandon sudah selesai menikmati pepes ikan masnya. Mereka menelan kekecewaan karena ketinggalan adegan makan ikan masnya. Untung mereka masih kebagian gaya pak nyusnya. Setelah mengikuti kembali gaya pak Bandon merekapun kembali menyuap makanan maing-masing.

"Pemirsa.. Selain memesan pepes ikan mas saya juga memesan cobek genjer. Nah seperti inilah pemirsa cobek genjer, cara membuatnya dengan menumis bawang putih, bawang merah dan kencur yang sudah diulek terlebih dahulu . Kalau mau pake sedikit oncom bisa membuat tambah pak nyus! "

Sesendok demi sesendok nasi dengan cobek genjer masuk ke mulutnya. Genjer yang daunya serupa eceng gondok itu setelah dicobek tampak meningkatkan nasfsu makan hingga Kelima anak itupun menyuap nasi dengan nikmatnya. Tanpa terasa nasi merekapun sudah habis.

 [caption caption="Sepiring Nasi dokumen pribadi"]

[/caption]"Pemirsa untuk melengkapi acara makan siang kita hari ini saya sudah memesan juga es kelapa mud...."kembali suara "keresek keresek " dari arah tv dan semut-semut itu menghiasi layar tv.

"IBUUU..! " panggil mereka kembali. Ibu yang sedang berada di dapur segera mendekati mereka.
Kali ini proses pencarian posisi yang pas dari antene sedikit susah.

"Dah? "tanya Ibu
"Beluuuum!"jawab ke lima bocah itu serentak.
"Dah? "
"Beluuum"

Entah berapa kali proses tanya jawab itu terjadi. Yang pasti saat gambar sudah bagus acara makan-makanpun sudah selesai.

Kelima anak yang terdiri dari Ujang anak pertama,Atep anak kedua, Tini anak ketiga, Wari anak ke empat dan Ila anak ke lima meskipun nampak kecewa namun memilih tertawa.

Piring-piring bekas makan mereka tumpukkan. Kemudian satu persatu-satu dari mereka minum.setelah itu mereka keluar rumah.

Masih ada beberapa lembar mie instan di mangkok biru. Ibu dari kelima anak itu mencomotnya lalu dicampur dengan nasi yang tersisa. Ia pun melahapnya. Memang lauk nasi hari ini hanya sebungkus mie instan yang dibagi lima, tapi berkat acara makan-makan di tv kelima anaknya makan dengan lahap. Itu adalah trik yang diterapkannya tiap hari untuk menggugah selara makan mereka.

Ibu bernama Tarmi itu menghela nafas panjang. Sebenarnya dia merasa kasihan pada mereka. Boro-boro memikirkan gizi, sudah bisa makan saja syukur.

Dari balik kaca jendela dia melihat kelima anaknya tengah membereskan barang hasil pulungannya. Tanpa terasa tetesan air mata mengalir deras menyaksikan kegembiraan anak-anaknya di luar sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun