Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Kuliner] Pengakuan Seorang Tukang Bajigur

7 Juni 2016   14:34 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:50 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Langit sudah mulai menghitam. Adzan magrib sudah lama terdengar. Menjelang isya, dengan sambil masih menggunakan mukena, Nenekku duduk dekat jendela. Dengan ditemani kucing hitamnya dia tampak sedang menunggu seseorang yaitu tukang bajigur. 

Nenek penggemar bajigur dok. Pri
Nenek penggemar bajigur dok. Pri
Aku tersenyum melihat kebiasaannya itu. Kadang aku menemaninya untuk menunggu tukang bajigur langganannya lewat. Siapa yang tak tahu minuman khas parahyangan yang satu itu. Campuran santan dan gula merah berpadu menjadikan enak melewati lidah dan terasa pas dinikmati dicuaca dingin seperti sekarang. 

"Nunggu mang bajigur lewat Nek? "Tanyaku sambil duduk disampingnya. 

Nenek sedikit terperanjat. Mungkin dia sedikit melamun. 

"Enggak! Nenek ga lagi nunggu tukang bajigur! "sanggah Nenek sambil mengusap kucing hitam yang kini duduk dipangkuannya. 

Aku mengernyitkan dahi.

"Loh, tumben Nek? biasanya jam segini Nenekkan biasa menyeruput bajigur? "

Memang sudah beberapa hari ini aku tak menemaninya menikmati bajigur. Banyaknya pekerjaan d kantor mengakibatkan aku pulang malam. 

"Nenek sebel sama tukang bajigur! "dengan bibir sedikit maju hingga terlihat lucu karena gusinya tak lagi bergigi. 

"Kenapa Nek? "selidikku 

"Dua hari yang lalu waktu dia lewat nenek belum sempat menyiapkan uang. Mau nyari dulu susah orang lupa naro, " Nenek menghela nafas sebentar sebelum meneruskan ceritanya. 

"Ya Nenek bilang sama tukang bajigur kalo Nenek minta ngutang dulu, toh Nenekkan dah jadi langganan setianya. Eh, sambil marah-marah dia bilang ga bisa! semenjak itu Nenek ogah beli bajigurnya lagi! "dengan sedikit berapi-api nenek menyelesaikan cerita. 

Aku tersenyum dikulum. Layaknya orang yang sepuh dia memang sudah pikun. Selain pikun dia gampang tersinggung. Kalau salah ngomong dikit maka dia manyun . Betul juga kata orang kalau sudah tua,  maka kelakuan jadi mirip balita. 

Tak lama terdengar suara tukang bajigur menawarkan daganganya. Aku mencoba menawarkan diri untuk membelikan. 

"Aku beliin ya nek? "

"Enggak enggak!  Ih ogah banget emang nenek cewe apaan dah ditolak masih juga ngejar-ngejar! "mirip dialog abg di sineutron yang biasa ditontonnya Nenekku menolak.

"Yakin? Tuh si mangnya sengaja diem di depan rumah kita nunggu Nenek beli, " godaku

"ENGGAKK!ENGGAK MAUU!! "teriaknya sambil berlalu menuju kamar sambil menggendong kucing hitamnya. Akupun tambah tertawa geli melihat tingkah polahnya. 

Memang esok dan esoknya lagi nenek ku tak pernah membeli bajigur. Meski tukang bajigur seperti sengaja meneriakkan dagangannya sedikit lebih lama di depan rumah nyaris setiap malam. 

Hingga disuatu malam pada jam yang sama terdengar ketukan di pintu. Aku yang sedari tadi asyik mengusap lembut bulu kucing hitam Nenek beranjak menuju pintu. 

"Eh,  Mang bajigur ya? " tanyaku pada sosok di depan pintu yang kuhapal betul tukang bajigur langganan Nenek. 

"Iya neng... ," jawab tukang bajigur dengan mata seperti mencari-cari seseorang

"Ayo masuk mang" ajakku. Dia mengangguk. 

"Ada apa mang? "

"Gini neng... Neneknya neng dah lama ga pernah beli dagangan saya, awalnya saya cuek aja tapi setelah hampir satu bulan pelanggan belum juga membeli dagangan saya, saya merasa pasti ada yang salah, " Mata tukang bajigur terlihat masih mencari-cari mungkin mencari Nenekku. 

"Nah neng,  kemarin saya baru tahu kalau adik saya yang pernah menggantikan saya saat berjualan , bercerita kalau dia menolak permintaan seorang nenek-nenek yang minta bajigur untuk diutangin, "

Aku ternganga,  tak menyangka cerita tukang bajigur versi aslinya. 

"Saya otomatis merasa ga enak neng sama si Nenek,  nah sebagai tanda maaf saya ini bajigur plus ubi dan pisang rebus kesukaan Nenek saya beri gratis,  biar Nenek beli bajigur saya lagi."

Aku tertunduk sesaat. 

"Nenek memang gakan beli lagi bajigur mang," dengan suara tertahan aku mencoba menguatkan diri.

"Waduh, neneknya marah banget ya neng? "

"Bukan..bukan itu... Seminggu yang lalu Nenek menghadap yang Kuasa, "ada tetesan air mata saat aku menjelaskan itu. 

Tukang bajigur terdiam. Entah apa yang berkecamuk dipikiranya. Bajigur yang dia pegang terjatuh ke lantai. Tak lama diapun pamit dan berlalu seperti menahan haru. 

Semenjak malam itu aku tak pernah mendengar suaranya berteriak lantang menawarkan daganganya lagi .  karena memang dia tak pernah lewat depan rumahku lagi. Pada akhirnya aku kehilangan dua orang manusia di saat malam menjelang isya.. Neneku dan tukang bajigur langganannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun