"Ayo masuk mang" ajakku. Dia mengangguk.Â
"Ada apa mang? "
"Gini neng... Neneknya neng dah lama ga pernah beli dagangan saya, awalnya saya cuek aja tapi setelah hampir satu bulan pelanggan belum juga membeli dagangan saya, saya merasa pasti ada yang salah, " Mata tukang bajigur terlihat masih mencari-cari mungkin mencari Nenekku.Â
"Nah neng, Â kemarin saya baru tahu kalau adik saya yang pernah menggantikan saya saat berjualan , bercerita kalau dia menolak permintaan seorang nenek-nenek yang minta bajigur untuk diutangin, "
Aku ternganga, Â tak menyangka cerita tukang bajigur versi aslinya.Â
"Saya otomatis merasa ga enak neng sama si Nenek, Â nah sebagai tanda maaf saya ini bajigur plus ubi dan pisang rebus kesukaan Nenek saya beri gratis, Â biar Nenek beli bajigur saya lagi."
Aku tertunduk sesaat.Â
"Nenek memang gakan beli lagi bajigur mang," dengan suara tertahan aku mencoba menguatkan diri.
"Waduh, neneknya marah banget ya neng? "
"Bukan..bukan itu... Seminggu yang lalu Nenek menghadap yang Kuasa, "ada tetesan air mata saat aku menjelaskan itu.Â
Tukang bajigur terdiam. Entah apa yang berkecamuk dipikiranya. Bajigur yang dia pegang terjatuh ke lantai. Tak lama diapun pamit dan berlalu seperti menahan haru.Â