Mohon tunggu...
Egi David Perdana
Egi David Perdana Mohon Tunggu... -

https://www.facebook.com/egibest.egi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cerpen) Dinding

18 Agustus 2014   03:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Johann keluar dari kelasnya saat itu jam pelajaran sudah lama selesai entah kenapa ia ingin berada lebih lama di sekolahnya, sahabatnya Robert yang juga tetangga Johann sudah pulang terlebih dahulu, Johann malas melangkahkan kakinya bersama orang yang ternyata baru ia sadari rasis dan sentimen terhadap agama lain dan orang atheis. Johann kemudian menuju atap di sekolahnya melalui tangga darurat, sesampainya di atap ia menatap dalam-dalam dinding yang masih putih bersih, ia pun mengeluarkan lipstick milik ibunya yang ia ambil diam-diam dan mulai menuliskan kata-kata yaitu Dasar guru-guru banci bisa-bisanya takut dengan seekor tikus pengerat bangkai, begitukah sikap seorang guru? cium bokong murid kesayanganmu ini dulu. Di belakang kata cium bokong Johann pun menggambar pantat kemudian ia memakai lipstick ibunya dan mencium tulisan yang sudah ditambahi gambar pantat tersebut.

Selama satu minggu Johann selalu melakukan hal yang sama, ia tak berani protes langsung karena banyak siswa lainnya yang protes terhadap sistem sekolah yang baru langsung dikeluarkan tanpa surat peringatan, akibatnya 1/3 murid yang ada di sekolah tersebut berkurang dan kebanyakan mereka yang dikeluarkan menjadi kriminal di lingkungan mereka, mereka melakukan tindak kriminal karena stress dan marah karena ketidak adilan yang mereka terima, mereka hanya ingin protes karena sikap sekolah mereka, mereka tidak pernah menyangka sebelumnya jika masalah mereka dengan sekolah akan merembet ke masyarakat luas dan saat mereka tahu hal itu disebabkan dekatnya bekas kepala sekolah mereka dengan pemerintahan terutama ibu negara mereka menjadi marah dan melakukan demontrasi anarkis yang menyebabkan beberapa orang di antara mereka ditembak mati padahal mereka anak-anak yang sebetulnya amatlah polos.

****

Sore itu di hari senin Johann bersiap-siap untuk kembali ke dinding yang ada di atap untuk mencurahkan segala kemarahannya kepada pihak sekolah tetapi di saat semua anak bersiap mengucapkan salam pulang tiba-tiba pintu diketuk, penggeledahan itulah yang diucapkan salah satu keamanan di sekolah tersebut. Rupanya salah satu keaman sudah melihat coretan-coretan protes di dinding yang ada di atap dan dari tulisan yang sangat terlihat ditulis dengan lipstick pihak sekolah akhirnya menyimpulkan jika pelakunya membawa lipstick.

Satu persatu anak-anak pun diperiksa, Johann yang masih menyimpan lipstick itu di saku jaketnya kemudian melempar salah satu guru dengan kamus yang terletak dimeja, guru itu pun berteriak kesakitan dan saat itu pula Johann langsung melarikan diri, ia pun dikejar-kejar oleh beberapa orang guru dan petugas keamanan, Johann memanjat pagar yang masih terkunci, satpam penjilat berperut buncit yang ditakuti para murid pengecut ternyata sedang tertidur, sebenarnya Johann ingin mencuri kunci dari satpam tersebut tetapi ia batalkan karena kunci tersebut sedang digenggam satpam buncit yang sedang tertidur pulas, kalau sampai satpam itu bangun bisa-bisa Johann tertangkap, akhirnya Johann pun memilih memanjat pagar.

Meski bahu Johann tergores ujung pagar karena kurang berhati-hati Johann tetap berlari, ia kemudian bersembunyi di semak belukar di taman dekat sekolahnya, ia kemudian mengintip dan melihat beberapa siswa kulit berwarna dan beberapa siswa yang ketahuan menentang kebijakan sekolah dan membela murid-murid kulit berwarna dipaksa untuk mencari Johann, jika mereka lelah dan berhenti sedikit saja mereka dipukul dengan rotan.

Johann sebenarnya tak tahan dengan itu semua tetapi ia lebih memilih untuk mempertahankan diri dan tidak akan menyerahkan dirinya, tiba-tiba di belakang Johann sudah berdiri Peter siswa keturunan Zimbakwe-Amerika Serikat, Peter merasa ketakutan, dirinya ada di ambang kebimbangan karena ia tahu Johann adalah orang yang membelanya mati-matian tetapi jika ia tidak segera menemukan Johann riwayatnya di tempatnya selama ini menimba ilmu akan berakhir.

Peter memilih berteriak karena ia berpikir jika ia dikeluarkan dari sekolah ia akan memutus rantai nafkah keluarganya karena ia anak satu-satunya, ia sangat tahu apa akibatnya jika ia dikeluarkan dari sekolah. Johann yang tentu juga membela dirinya sendiri itu pun menutup mulut Peter dengan tangannya, Johann menutup mulut Peter dengan sangat keras tetapi Peter tetap berusaha berteriak akibatnya Johann menutup mulut Peter lebih keras Peter pun kehabisan nafas dan akhirnya tewas, Johann menatap jasad Peter yang nyawanya baru saja terlepas dengan paksa dengan mata yang merah.

****

3 hari berlalu Johann masih menangis sesenggukan di tempat persembunyiannya, ia tidak menyangka ia yang selama ini membela orang dengan kulit berwarna malah menghabisi orang dengan kulit berwarna apalagi Peter dikenal sebagai pribadi yang baik dan taat, saat ini Johann berada di salah satu gudang kosong yang tidak terawat, Johann sama sekali tidak perduli jika gedung tersebut angker dan penuh hewan berbisa seperti laba-laba atau kalajengking yang ia pikirkan ialah ia bisa selamat, memang orang tuanya dekat dengan beberapa menteri tetapi tidak satu pun dari menteri-menteri itu yang berani kepada ibu negara karena mereka memang pengecut sekaligus penjilat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun