Mohon tunggu...
Ruth Lana Monika
Ruth Lana Monika Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk menjadi pengantar pesan Semesta

Penulis lahir di Jakarta. Seorang ibu rumah tangga yang sedang berusaha kembali mengasah talenta menulis dan belajar blogging.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerap Terlupakan: Kesehatan Mental Anak

27 Juni 2021   20:10 Diperbarui: 27 Juni 2021   20:57 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kualitas kesehatan mental pada masa anak-anak memengaruhi kesehatan mental mereka di masa dewasa. Oleh sebab itu, pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap rasa aman anak. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua dalam menjaga kesehatan mental anak:

1. Membangun kepercayaan diri anak

Upaya untuk membangun kepercayaan diri anak dapat dilakukan dengan mendorong anak mempelajari dan terus mencoba berbagai hal baru. Memberikan apresiasi saat mulai berani belajar hal baru, tidak menghakimi perilaku anak dengan menghindari ucapan, sikap, dan perilaku saat mereka mengalami kegagalan, membantu anak dalam menentukan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya, serta bersikap jujur saat melakukan kesalahan, ajari anak menerima kesalahan dan kegagalan.

2. Membiarkan anak bermain

Waktu bermain bagi anak merupakan saat anak belajar berbagai hal untuk menjadi kreatif, mempelajari bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana cara mengendalikan diri. Aktif bergerak saat bermain juga membantu anak menjadi sehat secara fisik dan mental.

3. Mendorong anak untuk bersosialisasi

Di samping bermain dengan orangtua, anak juga memerlukan berinteraksi dengan anak seusianya. Bermain dengan teman sebaya akan membantu anak mengenali kelemahan dan kelebihan pada dirinya, serta belajar untuk hidup berdampingan dengan orang lain.

4. Ajari anak untuk menikmati proses

Ajari anak untuk memahami bahwa menikmati proses adalah hal terpenting dalam mengerjakan suatu hal. Misalnya saja saat anak pulang dari sekolah, cobalah tanyakan perasaan anak saat dia mengikuti proses pembelajaran di sekolah dibandingkan menanyakan apakah dia mendapatkan nilai sempurna di setiap mata pelajarannya. Selalu menuntut anak untuk mencapai nilai sempurna atau menang dalam suatu perlombaan dapat memicu ketakutan akan kekalahan, atau kekhawatiran dalam mencoba hal baru, dan hal ini dapat membuat anak frustrasi.

5. Ajari disiplin dengan adil dan konsisten

Anak harus mengetahui perilaku yang benar dan salah, serta bahwa mereka akan menerima konsekuensi jika melakukan perilaku tersebut. Menasihati dan memberi contoh adalah hal yang paling baik untuk menerapkan perilaku disiplin yang memiliki dasar kebaikan, nilai agama, maupun norma sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun