Hal ini dapat diibaratkan seperti selembar kertas, apabila diremas maka tidak akan dapat kembali halus seperti sediakala.
Sifat Tabligh, yang artinya “menyampaikan”
Apabila kita diberikan amanat untuk menyampaikan sesuatu ataupun pertolongan, maka sebagai orang yang dititipi pesan kita harus menyampaikannya agar membantu dan meringankan urusan orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan dalam haditsnya, "Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah seseorang beriman hingga ia mencintai untuk tetangganya, atau beliau berkata, untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR Muslim).
Sikap rela menyampaikan pertolongan kepada tetangga untuk membantu meringankan beban, seperti pada saat musibah melanda tetangga sebisa mungkin kita membantunya, baik bantuan materi ataupun dukungan moril. Menghibur dan meringankan beban penderitaannya. Menjenguknya ketika sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya serta membantu mengumpulkan penggalangan dana pengobatannya bila memang diperlukan.
Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah seorang Mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya." (HR Bukhari).
Sifat Fathonah, yang artinya “cerdas”
Sebagai seorang yang berakal budi, maka hendaknya kita tidak mudah terprovokasi dengan sifat iri, dengki, dan berita yang belum terbukti kebenarannya.
Rasulullah SAW telah melakukan isra’ mi’raj pada 27 Rajab. Beliau melakukan perjalanan hanya semalam saja untuk menempuh perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Dalam peristiwa tersebut Allah memerintahkan Jibril untuk mencuci dan membersihkan hati Baginda Rasulullah, yakni, dibersihkan hatinya dari perasaan iri, dengki, dendam, marah benci dan sifat-sifat normal lainnya yang biasa dimiliki semua manusia.
Kita dapat mengambil pelajaran berdasarkan hal ini, bahwa hendaknya kita selalu berusaha menghindari perasaan iri, dengki, dendam, marah, dan benci. Selain itu, apabila suatu hari terjadi perselisihan, maka bersabarlah dalam menghadapi gangguan tetangga.
Allah berfirman: "Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).
Memang tidak ada manusia yang sempurna. Latar belakang yang berbeda menciptakan pribadi yang berbeda. Akan tetapi, hal yang perlu kita kembangkan adalah bagaimana sikap kita dalam meredam perbedaan yang ada dengan tidak melanggar rambu syariat dan menjalin komunikasi positif dengan menjunjung tinggi akhlak pergaulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H