Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Dilema AI Di Dunia Kerja, Antara Membantu Atau Membebani Karyawan Lama

29 Juli 2024   11:06 Diperbarui: 29 Juli 2024   13:09 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi AI mengambil peran manusia di dunia kerja | foto: Stock-Asso | Shutterstock 

Meskipun banyak orang percaya AI (Artificial intelligence) dapat  mempermudah dan meningkatkan produktivitas pekerjaan karyawan, namun sebagian besar penelitian berpendapat jika kehadiran AI justru mempersulit pekerjaan rutinitas mereka.

Dalam konteks teknologi AI yang semakin banyak diterapkan dalam aktivitas pekerjaan kantor maupun alat produksi, sehingga terjadi peningkatan produktivitas yang signifikan namun sayangnya peluang tenaga kerja semakin menurun drastis.

Namun, survei terbaru yang dilakukan oleh Upwork mengungkap kenyataan yang jarang diketahui masyarakat ramai, dimana alat AI tidak hanya gagal mencapai tujuannya untuk meningkatkan produktivitas, namun juga menciptakan lebih banyak tekanan kerja bagi karyawan.

Dilansir dari urvei dari lembaga Upwork Research Institute tersebut dilakukan terhadap 2.500 pekerja di AS, Inggris, Australia, dan Kanada, termasuk para eksekutif dan karyawan tetap dan termasuk pekerja harian lepas. 

Meskipun tercatat  ada 96% pengusaha yang mengakui kehebatan AI yang terbukti dapat meningkatkan produktivitas, kenyataannya sebagian besar karyawan mengalami kesulitan meningkatkan kinerja mereka dengan alat ini.

Bahkan 77% pekerja mengatakan bahwa kehadiran AI yang ada saat ini mengatakan jika AI hanya memperlambat pekerjaan mereka dan mengurangi tingkat produktivitas mereka sehingga AI hanya meningkatkan beban kerja mereka saja.

Alasan utama yang dikemukakan adalah 39% karyawan harus meluangkan waktu ekstra untuk memeriksa ulang pekerjaan yang dilakukan oleh AI, karena beberapa chatbot, sistem produksi sering menimbulkan kesalahan kerja.

Pada saat yang sama, 21% responden mengatakan mereka harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mempelajari cara menggunakan alat AI ini disamping itu butuh maintenence khusus. Jika sistem AI rusak justru akan merugikan pihak perusahaan dimana akan terjadi mogok produksi.

Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa 40% karyawan merasa terlalu banyak tuntutan dari perusahaannya saat menggunakan AI yang dimana karyawan harus memiliki keahlian dalam menggunakan AI yang ada di perusahaan. Para karyawan juga merasa kelelahan dan tekanan kerja dalam mempelajari AI ditengah melakukan proses kerja manual.

Menurut Kelly Monahan, direktur eksekutif Upwork Research Institute, temuan ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi baru pada model dan sistem kerja yang sudah ketinggalan zaman mungkin tidak memberikan nilai produktivitas yang diharapkan. AI juga tidak benar-benar dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan para karyawan, jadi perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhan AI di dalam perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun