Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Efek Inflasi Jepang, Membuat Masyarakat Semakin Kesulitan

25 Oktober 2022   12:11 Diperbarui: 25 Oktober 2022   12:12 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi inflasi di Jepang | (Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency via cnbcindonesia.com)

Harga sembako di Jepang meroket secara pesat sehingga membuat masyarakat ekonomi kebawah sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari.

Menurut Takeshi Minami kepala ekonom di Norinchukin Research Institute mengatakan, sebenarnya kenaikan harga barang di Jepang sudah meningkat sebesar 3% pada bulan September lalu dan adanya perubahan harga di setiap market atau pusat perbelanjaan, dan ini adalah kenaikan tertinggi dalam 31 tahun terakhir, dikutip dari news.yahoo.jp (25/10).

Saat ini pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi pengeluaran iuran rutin masyarakat seperti mensubsidi tagihan listrik dan air untuk sementara waktu.

Pemerintah Jepang juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan upah karyawannya agar gaji yang diterima dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Seperti yang saat ini jadi perbincangan masyarakat Jepang adalah, adanya kenaikan harga mi cup. Sehingga masyarakat berpikir panjang untuk menjadikan mi cup sebagai stok makanan.

Salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga konsumen pada bulan September adalah harga pangan. Mie cup, yang dulu berharga sekitar 80 yen per porsi (Rp. 8.300), sekarang harganya menjadi 100 yen (Rp. 10.000). 

Selain itu, harga roti juga mengalami kenaikan sekitar 14,6% dan ayam goreng naik 11,3% dari harga normalnya.

Produsen makanan menaikkan harga produk di tengah kenaikan harga bahan-bahan seperti gandum, alasannya karena adanya kelangkaan gandum akibat melemahnya nilai mata uang yen.

Harga peralatan rumah tangga juga meningkat secara signifikan karena perusahaan elektronik juga menaikkan  harga peralatan elektronik lainnya seperti AC, mesin cuci dan produk lainnya.

Naiknya biaya bahan baku dan melemahnya yen bisa berarti harga akan terus naik di masa depan, harga makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya juga meroket. 

Pemerintah telah memutuskan untuk memberikan bantuan langsung tunai sebesar 50.000 yen atau sekitar 5,2 jutaan rupiah untuk setiap rumah tangga berpenghasilan rendah, ini merupakan langkah awal pemerintahan Jepang dalam memberantas kemiskinan ditengah inflasi.

Pemerintah Jepang juga bersiap-siap untuk mensubsidi bahan bakar minyak sekitar 300 miliar yen per bulan atau sekitar 31,4 triliunan rupiah. Langkah awal masyarakat Jepang adalah melakukan penghematan dan melakukan stok makanan kemasan sebelum mendekati musim dingin.

Pada hari Kamis, 20 Oktober, Konfederasi Serikat Buruh Jepang (Rengo) telah menyampaikan rencana mereka untuk menyerukan kenaikan upah sekitar 5% setelah musim semi mendatang.

Namun, Akio Mimura, Presiden Kamar Dagang dan Industri Jepang, menunjukkan bahwa menaikkan upah tidak akan mudah bagi perusahaan kecil dan menengah yang menghadapi lingkungan bisnis yang sulit.

Justru, perusahaan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal. Dan yang dirugikan adalah karyawan itu sendiri yang harus kehilangan penghasilan perbulannya untuk belanja kebutuhan sehari-hari.

Memang pada umumnya ketika harga barang naik, perusahaan juga akan mendapatkan pendapatan yang meningkat. Dan pastinya, pendapatan tersebut harus mengarah pada kenaikan upah karyawan yang lebih tinggi

Namun, dalam kasus ini banyak perusahaan di Jepang sangat berhati-hati dalam menaikkan upah karyawannya karena masa covid-19 membuat penurunan pendapatan perusahaan. 

Oleh karena itu, pemerintah juga perlu melakukan langkah-langkah untuk mendukung pertumbuhan bisnis dalam jangka menengah dan panjang, yang mengarah pada kenaikan upah secara proaktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun