Harga sembako di Jepang meroket secara pesat sehingga membuat masyarakat ekonomi kebawah sangat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari.
Menurut Takeshi Minami kepala ekonom di Norinchukin Research Institute mengatakan, sebenarnya kenaikan harga barang di Jepang sudah meningkat sebesar 3% pada bulan September lalu dan adanya perubahan harga di setiap market atau pusat perbelanjaan, dan ini adalah kenaikan tertinggi dalam 31 tahun terakhir, dikutip dari news.yahoo.jp (25/10).
Saat ini pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi pengeluaran iuran rutin masyarakat seperti mensubsidi tagihan listrik dan air untuk sementara waktu.
Pemerintah Jepang juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan upah karyawannya agar gaji yang diterima dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Seperti yang saat ini jadi perbincangan masyarakat Jepang adalah, adanya kenaikan harga mi cup. Sehingga masyarakat berpikir panjang untuk menjadikan mi cup sebagai stok makanan.
Salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga konsumen pada bulan September adalah harga pangan. Mie cup, yang dulu berharga sekitar 80 yen per porsi (Rp. 8.300), sekarang harganya menjadi 100 yen (Rp. 10.000).Â
Selain itu, harga roti juga mengalami kenaikan sekitar 14,6% dan ayam goreng naik 11,3% dari harga normalnya.
Produsen makanan menaikkan harga produk di tengah kenaikan harga bahan-bahan seperti gandum, alasannya karena adanya kelangkaan gandum akibat melemahnya nilai mata uang yen.
Harga peralatan rumah tangga juga meningkat secara signifikan karena perusahaan elektronik juga menaikkan  harga peralatan elektronik lainnya seperti AC, mesin cuci dan produk lainnya.
Naiknya biaya bahan baku dan melemahnya yen bisa berarti harga akan terus naik di masa depan, harga makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya juga meroket.Â