Dan kedua kelompok melaporkan penurunan kecemasan dan ketakutan akan kehilangan (sindrom FOMO). Ini adalah bahwa ketika berpartisipasi dalam penelitian ini, kelompok dengan akses tidak terbatas ke jejaring sosial lebih sadar akan waktu yang mereka habiskan di dunia maya.
Hasil penelitian memang tidak bisa dipastika, karena tidak jelas mengapa peserta yang menghabiskan hanya 30 menit sehari di media sosial cenderung tidak mengalami depresi.
Namun, para peneliti mengatakan orang-orang ini menggunakan media sosial secara singkat karena tidak melihat hal-hal seperti liburan temannya, atau temannya memarkan prestasi dan kekayaannya.Â
Ada juga yang bermain medsos dengan durasi teratur justru mengalami depresia karena cemburu melihat postingan temannya yang berhasil, kaya dan sedang jalan-jalan. Menurut penelitian FOMO hal-hal seperti itu dapat membuat mereka semakin merasa depresi atas kecemburuan mereka melihat temannya memamerkan kekayaannya.
Sedangkan yang menggunakan media sosial sepanjang waktu justru lebih sedikit mengalami depresi, karena mereka dapat menenangkan pikiran lewat media sosial dengan cara bertukar informasi dengan temannya di media sosial.
Meskipun demikian, mereka yang menggunakan media sosial berkepanjangan juga dapat mengalami gangguan mental seperti malas bermasyarakat dan lebih banyak diam dan menyendiri.
Kesimpulannya, dari penelitian diatas masih sulit disimpulkan dampak besar media sosial bagi psikologis. Namun, bisa dipastikan jika media sosial memiliki pengaruh terhadap psikologis meskipun tidak selalu besar tergantung orangnya juga dalam menyikapi suatu hal di dalamnya.
Referensi:Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H