Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Fenomena Meningkatnya Pajangan Kondom di Dekat Kasir Supermarket Saat Hari Valentine

13 Februari 2022   12:09 Diperbarui: 13 Februari 2022   12:19 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Valentine tentunya hari-hari yang sangat ditunggu-tunggu para kawula muda yang sedang di mabuk asmara, meskipun hari Valentine sebenarnya terbuka untuk semua orang yang ingin merayakannya baik itu pasangan suami istri, anak ke orang tua, antar tetangga dan lain sebagainya.

Namun, kian berkembangnya jaman di tanah air kita, hari Valentine pun kini filosofinya semakin menyimpang. Banyak orang-orang menganggap hari Valentine hanya untuk pasangan kekasih saja, yang tujuannya saling memberikan hadiah sesama pasangan dan pada umumnya identik dengan coklat atau yang manis-manis.

Dan yang paling buruknya adalah sebagian kawula muda memanfaatkan momen hari Valentine sebagai waktu yang romantis melakukan hubungan intim padahal mereka belum sah menjadi suami-istri. 

Meskipun terdengar agak nyeleneh, namun faktanya tidak bisa dipungkiri lagi jika hal tersebut benar adanya. Namun, setelah majunya pusat perbelanjaan di semi perkotaan maupun di pedesaan membuat para warga mudah untuk mendapatkan produk-produk alat kontrasepsi berupa kondom.

Yang dimana sebelumnya kondom yang sulit bisa dibeli oleh kawula muda yang belum menikah, karena untuk mendapatkan produk tersebut harus ke Apotek terlebih dahulu dan harus menunjukkan KTP baru bisa membelinya.

Memang, ketika itu pernikahan usia muda atau yang masih duduk dibangku pendidikan memang melonjak setiap tahun akibat hamil di luar nikah. Hal ini juga memang membuat para orang tua yang memiliki anak perempuan sangat was-was untuk memberikan kebebasan anaknya kencan dengan pacarnya di malam hari terutama hari Valentine.

Sejak adanya pusat perbelanjaan modern yang kini mulai menjamur dimana-mana bahkan di pedesaan, memang sangat memudahkan para warga untuk berbelanja. Terutama untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangatlah mudah, yang membuat para kawula muda bebas melakukan hubungan suami istri kapan saja tanpa harus takut.

Percaya atau tidak setiap menjelang hari Valentine penjualan kondom pun meningkat drastis, dan yang mirisnya adalah yang membeli sebagian besar anak-anak muda.

Begitu mudahnya mendapatkan kondom membuat banyaknya hubungan seks yang terjadi, dan ini merupakan hubungan yang sudah sangat tidak wajar.

Seperti di tempat objek wisata yang tidak ada penerangan saat malam hari, kerap ditemukan kondom bekas. Dan ini merupakan salah satu budaya yang harus disikapi dengan serius.

Pajangan kondom di dekat kasir di supermarket bukanlah rahasia umum lagi, meskipun tujuannya pernah dijelaskan hanya untuk melihat siapa yang ingin membeli kondom tersebut apakah anak kecil, dewasa atau orang yang telah menikah.

Keberadaan kondom dekat kasir memang dapat membuat si pembeli berpikir panjang karena bakalan malu di perhatikan orang-orang, dan harus diakui penempatan stand/rak kondom memang sudah efektif di dekat kasir.

Jika berkaca ke jaman sekarang, justru para kawula muda sangat percaya diri untuk membeli kondom di supermarket. Dan saat malam Minggu tepatnya tadi malam (12/2/22) saya belanja ke salah satu supermaket di daerah saya, kemudian saya melihat ada dua orang remaja sepertinya masih SMA gitulah wajahnya membeli rokok dan kondom dengan pedenya. 

Ketika saya perhatikan kedua remaja menggunakan helm full face cross racing itu tampak tidak ada panik-paniknya kebetulan saya di kasir sebelahnya, mereka justru dengan santai menimpa satu kotak kondom tersebut dengan rokok sembari kasir memasukkan beberapa belanjaan mereka dalam kantong plastik.

Menurut saya mereka membelinya, saat pengunjung sepi disitulah mereka akan membelinya, dan penjual pun tidak bisa berkata-kata lagi termasuk saya sendiri yang tidak ada wewenang untuk menegur mereka.

Saat mereka keluar dari supermarket, saya coba agak kepo sedikit dengan melihat dari kaca transparan supermarket, kemudian mereka pergi meninggalkan parkiran dengan membonceng pasangan mereka masing-masing yang juga menggunakan helm.

Kemudian saya sedikit bercanda dengan kasir dan berkata "anak jaman sekarang ya pak", si mbak kasir yang meladeni pembeli tersebut pun tersipu malu.

Kata maklum ini, sulit untuk dibayangkan kemana arahnya sebenarnya apakah kata maklum sudah menjadi "tradisi" yang artinya sudah sering ditemukan pembeli kondom yang masih remaja atau apalah itu.

Fenomena pajangan produk kondom di dekat kasir saat hari Valentine semestinya bisa di antisipasi dengan sedikit membuat aturan penjualannya, yaitu dengan menunjukkan KTP jika si pembeli dinilai masih duduk di bangku sekolah. Pastinya, semua orang bisa menganalisa mana yang masih remaja dan mana yang dewasa.

Akan tetapi, namanya bisnis penjualan pastinya tidak akan mau untuk mempersulit pembelinya untuk mendapatkan barang yang ingin di carinya.

Jadi, untuk mengatasi semua itu peran orang tua lah yang paling berperan penting. Orang tua harus mendidik anak-anak mereka agar tidak melakukan hal-hal yang negatif, orang tua juga jangan malu-malu untuk memberikan edukasi tentang seks dan alat reproduksi mereka

Karena jika anak-anak memang apa itu seks edukasi mungkin mereka bisa lebih mawas diri terutama bagi yang memiliki anak perempuan. Sebaiknya, orang tua juga harus melakukan pengawasan ketat terhadap anak mereka dengan membatasi jam keluar malam mereka.

Hal ini sebenarnya bukan saat di momen hari kasih sayang sedunia saja, bahkan fi hari biasa pun harus selalu diterapkan agar membatasi kebebasan mereka saat bergaul dengan pasangan mereka.

Dan semoga saja hari Valentine bisa dijadikan kasih sayang yang sehat bukan justru membuat Hubungan Toksik atau justru menjadi hari pergaulan bebas sesama pasangan yang belum menikah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun