Menghilangkan kebiasaan merokok sama seperti menguras air dalam sumur, kering sebentar kemudian berisi lagi.
Cara instan berhenti merokok tidaklah ada obatnya, jadi kuncinya ada pada diri kita sendiri jika kita benar-benar niat ingin berhenti mengkonsumsi zat nikotin.Â
Banyak tutorial mengenai tips cara berhenti merokok, namun semua itu menurut saya hanya tulisan tanpa adanya praktik langsung.
Saya sewaktu kuliah adalah seorang perokok aktif, dalam sehari saya bisa menghabiskan dua hingga tiga bungkus rokok sehari. Kebetulan saya penikmat rokok yang filternya putih, mungkin bagi para perokok sudah paham apa rokok saya tersebut.
Saya merokok sebenarnya berawal dari kejenuhan bekerja sendiri, kebetulan saat kuliah saya memiliki profesi perbaikan hardware dan software komputer dan juga seorang pecandu game PC online.
Setelah memasuki semester 7 saya mulai kesulitan biaya, karena faktor kurangnya job pekerjaan. Dikarenakan para pengusaha warnet di tahun 2009 sudah memiliki teknisi khusus jadi jasa individual seperti saya pun mulai terancam.
Kemudian solusi untuk menghemat pengeluaran adalah mengurangi biaya rokok perharinya. Setelah terbersit di benak saya, kemudian saya coba cari di internet cara berhenti merokok dan muncullah beberapa kiat-kiat dan tips jitu.
Setelah saya coba ikuti tips tersebut, eh..! yang ada saya justru semakin bernafsu ingin merokok apalagi ketika sedang sendirian di kost.
Kemudian suatu waktu saya nongkrong di warung kopi (warkop) dan duduk disamping bapak-bapak yang usianya sekitar 40 tahunan gitulah. Kemudian saya memesan kopi dan duduk disamping bapak tadi sembari menawarkan rokok pada bapak tersebut "ngerokok pak", bapak tersebut menjawab "makasih dek, sudah lama bapak berhenti merokok."
Mendengar perkataan bapak tadi menjadi daya tarik bagi saya untuk ingin mengetahui cara berhenti merokok langsung dari orang yang berhasil menjalankannya.
Saya berkata "wah, hebat juga bapak ya bisa berhenti merokok, apa tipsnya pak bisa cepat berhenti merokok saya juga mau berhenti ini pak."
Kemudian si bapak menjawab "mati adalah cara cepat untuk berhenti merokok" mendengar ucapan si bapak saya cukup kesal dan langsung menyeruput kopiku agar tidak ada percakapan lagi.
Sejak omongan bapak tersebut yang saya rasa cukup kasar, kami sempat tidak ada komunikasi lagi dalam beberapa menit. Kemudian sibapak mengeluaran mancis (korek) dan beberapa permen karet dan menawarkan kepada saya"mau permen dek", saya kemudian menjawab "tidak, terimakasih pak".
Lalu kemudian bapak tersebut berkata, saya kalau lihat orang merokok bawaannya pengen merokok sebenarnya, jadi saya sering bawak mancis dan permen karet. Jadi kalau pengen merokok saya makan permen karet ini dan mancis ini untuk jaga-jaga jika ada teman yang ingin meminjam mancis.
Jika, saya bilang sudah tidak merokok lagi, kawan saya justru mengejek saya dan tak jarang membujuk-bujuk saya agar merokok dengan alasan "tipis kali pergaulanmu, mau cepat kaya atau takut mati kau."
Mendengar cerita tersebut saya semakin penasaran dan berkata "apakah itu adalah cara berhenti merokok yang bapak lakukan.?" Si bapak menjawab dengan senyum "iya, jika tadi kau tanya cara cepat berhenti merokok maka caranya adalah mati.Â
Bila kau bertanya bagaimana bisa mengurangi merokok maka seperti itulah cara yang saya lakukan, semua memiliki proses yang panjang jadi semu memiliki tahapan-tahapan.Â
Dari pecandu rokok menjadi penikmat rokok, dari penikmat rokok jadi perokok, dari perokok menjadi merokok, dari merokok baru kita mulai mencoba berhenti merokok.
Kemudian bapak tersebut berbicara lagi, cara berhenti merokok adalah dari niat dalam diri bukan karena tuntutan ini itu. Jika sudah niat maka harus dilakukan dengan sepenuh jiwa, selama proses berhenti merokok upayakan jauhi lingkungan para perokok.
Semisalnya kamu memiliki teman sama-sama perokok, jangan pernah berkata "saya mau berhenti merokok", meskipun ia temanmu ia akan menjegalmu bila mengetahui kau ingin berhenti merokok.
Tak bisa dipungkiri, budaya merokok terkadang karena bujuk rayuan kawan yang sudah terjerumus menjadi pecandu nikotin. Hal ini sering dijumpai pada anak-anak di bawah umur yang mulai berani merokok karena faktor lingkungan dan bujukan temannya juga.
Bawalah selalu rokokmu dan mancismu saat kau ingin bergabung atau nongkrong dengan teman-temamu, dan ketika kau bernafsu ingin merokok karena melihat temanmu merokok beli atau persiapkanlah permen karet dari awal.
Ketika kawanmu mencoba menawarkanmu rokok, bilang saja bebtar lagi, soalnya lagi ngunyah permen karet.Â
Saat kau mengunyah permen karet yang manisnya sudah habis, kunya-kunyalah itu sampai permen karet merasa keras dan agak pahit sehingga itu bisa mengurangi nafsu mu untuk merokok saat santai atau sedang nongkrong.Â
Bilapun kalau kamu tidak tahan ingin merokok upayakan setelah temanmu selesai merokok baru kamu merokok, tujuannya adalah agar mengurangi nafsumu merokok seperti asap Kereta Api.
Nafsu ingin merokok pada umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan, jadi kamu harus lawan itu.
Mendengar cerita bapak tersebut cukup masuk akal bagi saya, dan mulai menerapkan apa yang di ceritakan bapak tersebut. Selama 2-3 tahun saya ikuti cara tersebut saya pun berhasil berhenti merokok sepenuhnya.Â
Saat ini saya sudah tidak merokok lagi dan bahkan melihat orang merokok pun saya sekarang tidak tergiur. Dan benar cara ini juga berhasil diterapkan kawan kerjaku, ia hanya membutuhkan 1 tahun lebih untuk bisa berhenti.
Jadi kesimpulannya, untuk berhenti merokok bukan karena faktor permen karet dan mancis, melainkan kita bertarung dengan nafsu diri kita sendiri dan juga kita harus bisa melawan pengaruh lingkungan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H