Mohon tunggu...
Lamhot Situmorang
Lamhot Situmorang Mohon Tunggu... Petani - Freelancer

Pegangguran yang suka menulis disaat Ultramen tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuak Minuman Santai di Kala Sore, Ingat Jangan Berlebihan Minumnya

3 Maret 2021   21:25 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:56 4277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minuman Tuak aren dalam botol/kompasiana

Tidak bisa dipungkiri lagi jika Tuak adalah minuman tradisional khas suku Batak yang sudah dikenal secara luas, tidak jarang para turis asing yang pernah melancong ke danau toba, Sumatra Utara pasti mengenal minuman yang satu ini.

Perlu kita ketahui, Tuak bukan bagian dari tradisi adat suku Batak. Akan tetapi, minuman tradisional ini kerap muncul di acara apa saja yang berkaitan dengan adat Batak, baik pesta pernikahan, syukuran bayi baru lahir (markaroan/maresek-esek), acara syukuran naik sidi (managalua) arisan marga dan acara suka cita lainnya.

Minuman Tuak dapat dihasilkan dari pohon aren (bahasa Batak-nya Pakko) dan pohon kelapa makan. Namun rasanya bervariasi tergantung selera dan faktor kebiasaan meminumnya. Jika Tuak dari pohon kelapa umumnya warnanya sama saja dengan Tuak dari pohon aren, yang membedakan aroma dan efek sampingnya.

Daya tarik Lapo Tuak (warung tuak)

Lapo Tuak merupakan warung yang menjual Tuak, disinilah berkumpulnya para penikmat minuman tradisional ini. Tak hanya jadi tempat minum saja, lapo ternyata bisa tempat nongkrong yang mengasyikkan dan tempat untuk mencari sahabat atau kenalan baru (martarombo) untuk mencari garis keturunan marga apakah ada hubungan saudara.

"Sebelum membahas lebih lanjut, perbandingan Tuak aren dan kelapa akan saya jelaskan namun menurut pengalaman pribadi saya sendiri."

Tuak aren memiliki aroma yang lebih harum dibandingkan kelapa, meskipun sama-sama bisa menghasilkan nira (untuk membuat gula merah),  Tuak aren memiliki rasa yang lebih enak dan kadar alkoholnya juga menurut saya tidak setinggi Tuak kelapa. Jika meminum Tuak aren atau enau dengan takaran yang sewajarnya dianjurkan cukup satu gelas kecil kisaran 250 ml -450 ml, bagi yang tidak peminum dan bagi pecandu disesuaikan saja jangan sampai mabuk.

Jika meminum Tuak aren sewajarnya maka akan memiliki khasiat yang positif bagi tubuh misalnya; dapat membuat tidur semakin nyenyak dan bangun pagi badan jadi semangat (jika terlalu banyak minum bisa terbangun-bagun karena ingin buang air kecil jika orang yang tidurnya sulit bangun bisa bahaya menahan air seni, maka dari itu diharuskan minum sewajarnya ), dipercaya dapat menahan perkembangan gula dalam tubuh (diabetes) tetapi bukan untuk mengobati, dapat mencegah kolesterol berlebihan akibat zat asam pada Tuak, memperlancar pencernaan karena kaya akan serat dan itu hanya dipercaya bukan dari hasil riset penelitian secara ilmiah.

Sedangkan Tuak kelapa memiliki rasa kurang sedap dan tergolong memiliki kadar alkohol tinggi, cepat basi berbeda dengan aren dapat tahan semalaman, jika disimpan dalam kulkas Tuak aren rasanya tetap sama sedangkan Tuak Kelapa rasanya jadi asam dan ada pahitnya dikit namun keduanya tidak basi.

Tuak kelapa ini dapat membuat kepala terasa sakit ketika bangun pagi, jika baru pertama kali meminumnya atau belum biasa. Perut juga terasa kurang nyaman dan bawaannya selalu haus dan sering buang air kecil. Untuk khasiat positif dari Tuak kelapa mungkin sama saja dengan aren tetapi yang saya jelaskan ini hanya pengalaman pribadi.

Meskipun Tuak minuman tradisional tetap saja masuk kategori minuman beralkohol, jadi harus tetap bijak dalam mengambil keputusan sebelum mengkonsumsi. Tuak juga sering membuat orang mabuk jika diminum diluar kewajaran. Dan yang paling fatal adalah disalahgunakan untuk bahan utama membuat minuman oplosan.

Apakah Tuak termasuk minuman yang dilarang hukum?

Sebenarnya untuk kategori minuman beralkohol tradisional masih sulit diputuskan secara hukum yang berlaku, karena minuman tradisional ini di racik menggunakan hasil alam yang alami yaitu pohon aren dan kelapa tidak menggunakan bahan kimia tambahan, jika pun menggunakan bahan alami dari kulit pohon raru yang bertujuan menghilangkan rasa manis Tuak dan juga mengurangi rasa asam. 

Dan Tuak tidak dijual secara meluas hanya untuk penikmat disekitar lingkungan saja, jadi tidak meresahkan masyarakat setempat.

Yang jadi membuat citra Tuak rusak adalah para pengoplos yang secara sadar menambahkan bahan-bahan kimia untuk dapat meningkatkan kadar alkohol dari tuak seperti; obat anti nyamuk oles mirip hand body, cairan antinyamuk elektrik, dan obat tetes mata sejenisnya. Dan pelaku pengoplos ini layak untuk dijerat hukum yang berlaku, karena dengan mengoplos minuman tradisional dapat berujung petaka tak jarang justru merenggut nyawa peminumnya.

Semua tulisan saya ini berdasarkan pengalaman pribadi dan bukan hasil dari riset ahli, jika ada ketidak cocokan atas penjelasan ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tulisan saya ini juga bukan untuk mengajak pembaca untuk meminum Tuak, tetapi tulisan ini hanya edukasi dan membagikan pengalaman pribadi meminum Tuak, Horas ma dihita saluhutna...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun