Mohon tunggu...
Lambertus Magai
Lambertus Magai Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Jurnalis Papua
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merupakan suatu hasil karya imajinasi yang di hasilkan melalu pengalaman, pengamatan dalam lapangan maupun observasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu adalah Segalanya

19 Juli 2023   08:47 Diperbarui: 19 Juli 2023   08:50 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto doc: Lamekh Magai

Zaver memanggil, aku masih saja dalam dunia khayalan enta kemana, aku memboncengi kaka zaver, TVRI telihat kebawah lautan biru hanya ombak yang suara gemuruh. Parah nelayan petaruh nyawa mulai kini sunyi.

Hanya korona yang jadi penguasa, tra biasa beraktivitas, hanya keluarga jadi musuh seakan akan jaga jaga jarak 1 m, rumah ibadah jadi sunyi. Hanya public jadi perdebatan, berita yang beredar di media jadi masyarat terpercaya, hanya manusia jadi ketakutan.

*****

Hanya konona tak berkuasa, yang berkuasa adalah Tuhan Yesus sang juruslamat umat manusia.

Sepulang sore, fredi mulai cerita om tadi saya mual-mual panas jadi pulang cepat kerumah, semalam mulai sakit. Seminggu yang lalu hondphone rusak unggap fredy, setibanya sore.

******

Terdengar suara dari orang/ angin yang sampaikan ke mama fredi, hondphone milik lamekh berdering, ternyata no baru, kupikir sedetik angkat, mama fredy. Anak bagimana,, mama  mulai cerita, lalu fredi ceritakan semuanya ke mama.

Fredi berbicang-bincang dengan mama kemudian, fredi beranikan diri menhanpirinya. Fredi bercerita, om saya dengar saya pu mama pu suara ini, sebentar/ besok saya akan sembuh.

*****

Suara mama adalah emas,  seperti berliang burung di udara cenderawasih, kasih mama sepanjang masa, maka jangan mencejewakan orang tua, bahkan jangan menyakiti hatimu.

Mama yang mengandung sembilang bulan,dengan berbagai sakit yang ia alamih, bahkan menaruh nyawa demi anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun