Mohon tunggu...
Suhermanto Yasduri
Suhermanto Yasduri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pembelajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Surga Nihiwatu Siapa yang Tahu?

3 September 2014   22:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:42 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fajar indah di Nihiwatu(CNN)

Nihiwatu? Penulis pun baru tahu ketika sedang membaca rangkaian berita di situs CNN. Pada saat saya asyik mencari artikel atau berita dari mancanegara di situs tersebut, tiba tiba mata tertuju pada kolom dengan judul "Elite Escapes". Pasalnya, judul artikel utama di kolom tersebut menyebut Indonesia! Elite Escapes adalah program acara yang membahas seputar obyek wisata, kuliner dan sejenisnya.  Judul artikel yang ditulis oleh Andrew Demaria adalah "Paradise with a conscience : Nihiwatu on Indonesia's  Sumba island" muncul pada edisi 1 September yang lalu . Rasa ingin tahu yang dalam menggerakkan saya untuk mengorek lebih lanjut informasi tentang surga di pulau Sumba tersebut. Ternyata surga Nihiwatu sudah banyak yang tahu! Terutama orang asing. Bahkan di sana sudah ada hotel dengan tarif US $ 495 per malam. Fantastis! Hebatnya lagi hampir semua situs yang mengkhususkan pada pencarian hotel atau tempat wisata eksotis selalu mencantumkan Nihiwatu termasuk para pemburu gelombang laut (wave hunters). Saya yakin hotel dengan tarif US $ 495 per malam di Nihiwatu bukan hotel kelas melati.

1409732893497122138
1409732893497122138
Resor mewah ini dibangun tahun 2001 oleh pasangan Claude Graves dan istrinya Petra, dan dibuka secara penuh sejak tahun 2005. Claude memperoleh lahan seluas hampir 300 hektare (600 acres) di Nihiwatu dan mengalokasikan sebagian kecil dari lahan tersebut untuk bangunan vila mewah yang berjumlah 22 (pembangunan 10 vila mewah tambahan akan selesai Maret 2015). Dengan pantai berpasir putih yang tenang dan terisolasi sepanjang 2,5 km, Nihiwatu menjadi lokasi yang sempurna untuk resor privat.

Tidak butuh waktu lama bagi Nihiwatu untuk menyandang predikat "surf icon" bagi para pemburu gelombang laut dari seluruh dunia. Setelah pembukaan hotelnya pada tahun 2001, Claude bekerja sama dengan Sean Downs seorang pebisnis dari Amerika yang terpukau dengan keelokan Nihiwatu mendirikan Yayasan Sumba, yang bergerak di bidang sosial. Kegiatannya meliputi penyediaan air bersih, penangkalan wabah malaria, dan membantu mengatasi masalah gizi buruk pada anak anak di desa sekitar resor mewah tersebut. Di desa desa sekitar Nihiwatu sekarang telah berdiri 5 klinik kesehatan dan program untuk mengatasi gizi buruk yang terpadu dengan dukungan penuh yayasan. Sebagai Direktur Program Kesehatan Yayasan Sumba ditunjuklah Dr. Claus Boch.

Dampak positif dari keberadaan Yayasan Sumba sekarang berimbas langsung kepada hajat hidup penduduk di 400 desa di sekitar resor mewah itu. Dari data yang ada pihak Yayasan Sumba berhasil menurunkan tingkat penularan malaria hingga 85%, membangun 60 sumur untuk penyediaan air bersih warga dan 250 pusat lokasi pendistribusian air bersih. Ditambah dengan dukungan teknis serta finansial kepada sejumlah sekolah dasar di wilayah tersebut. Kebutuhan finansial Yayasan Sumba untuk menjalankan seluruh kegiatan sosialnya didukung secara penuh oleh resor dan donasi dari para tamu resor. Sejauh ini telah terkumpul dana US $ 5 juta.

1409732709162549517
1409732709162549517
Saya turut berbahagia karena masih ada pihak yang memikirkan saudara saudaraku di Sumba atau di mana pun di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta. Tapi tetap meninggalkan sebuah pertanyaan dan renungan di benak saya yang kurang pintar. Apakah orang asing boleh memiliki lahan seluas hampir 300 hektare? Dan dari uraian di atas juga bisa dipelajari masalah yang dihadapi oleh penduduk desa terpencil dan penduduk desa tidak terpencil seperti saya di Jawa Tengah sebetulnya seragam: kesenjangan kesejahteraan, keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Semua isu besar tersebut bukan hanya milik warga di Sumba tetapi juga milik kita semua dan seharusnya menjadi tanggungjawab pemerintah untuk mengatasinya, bukan orang asing atau yayasan asing.

Nihiwatu adalah potongan kecil dari surga besar bernama Indonesia. Masih banyak surga yang belum terekspos oleh anak bangsa tapi sudah "diobok obok" orang asing  seperti yang terjadi di Nihiwatu. Siapa yang bisa menghitung dengan pasti total jumlah pulau pulau besar dan kecil yang berserak serak sepanjang "Untaian Zamrud Katulistiwa? 13 ribu atau 17 ribu? Bagaimana dengan pengamanan pulau pulau terluar di sepanjang perbatasan baik di Samudera Pasifik, Samudera India, Laut Andaman dan Laut China (Tiongkok) Selatan? Setiap ada berita semacam ini saya selalu terusik untuk membahasnya meski dengan keterbatasan pengetahuan. Saya hanya bisa berharap, pemerintah baru memiliki kepedulian yang lebih terhadap keberadaan aset berharga berupa pulau baik yang berpenghuni maupun tak berpenghuni. Sudah saatnya kita menerapkan kebijakan "look east policy" agar saudara saudara kita di kawasan timur Indonesia bisa menikmati kesejahteraan yang adil dan merata. Salam takzim saudaraku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun