Mohon tunggu...
dewa cengkar
dewa cengkar Mohon Tunggu... Lainnya - pengangguran

hanya pengangguran biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Darah Kucium Amis di Tubuhmu

30 September 2010   15:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:50 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara bedebum, jendela mengagetkan orang-orang yang mengamuk di dapur dan berbekal bayonet di punggungnya. Sebelum mereka mencapai jendela, Raji kembali terbang menjauh memburu cakrawala. Mencari ilalang yang menghampar di savana. Mencari rusa yang tidak pernah kehabisan rumput. Mencari burung yang tidak pernah kehabisan air.

***

Mata nanar Raji, menempel di lampu setopan. Jemarinya menggapai-gapai sebotol bir yang tandas isinya. Ia ingin melupakan kejadian tragis itu. Ia ingin melupakan, suara bedebum, bentakan, erangan dan suara isak pilu. Ia ingin melupakan hidupnya sendiri.

Walapun, nyawanya terselamatkan. Meskipun matanya masih dapat menikmati hiruk pikuk yang semakin gemuruh. Warna-warna neon terus berubah-ubah. Lenggak-lenggok jalan raya, gedung pencakar langit, dan berbusa-busa kata menabur langit. Apalah artinya? Tak mampu menyempitkan kenangan itu.

"Aku, ingin melupakan 30 september," ucapnya sambil memasukan kembali mulut botol bir ke mulutnya. (bersambung)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun