dr. L.M. Yakdatamare Yakub, S.Ked
Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum
Konsentrasi Hukum Kesehatan Universitas Islam Nusantara
"Pekerjaan dokter adalah tugas mulia, namun ada tugas yang lebih penting lagi yaitu Mengobati Bangsa yang Sedang Sakit". --dr. Soetomo.
Hari Bakti Dokter Indonesia diperingati sejak ditetapkan pada 2008 atau saat puncak peringatan Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia oleh IDI di Istana Negara.Â
Tujuan peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia adalah sebagai penghargaan untuk jasa-jasa dokter yang menggerakkan kebangkitan nasional.
Secara historis, dokter Indonesia memiliki sejarah panjang di negeri ini. Bila ditarik ke belakang, maka kita akan bertemu sosok pemuda, yakni seorang mahasiswa Stovia ketika itu, sebut saja ia Soetomo.
***
Latar Sosial
Dokter Sutomo yang bernama asli Subroto lahir di Ngepeh, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Ia adalah anak pertama dari tujuh orang bersaudara. Ayahnya adalah Raden Soewadji seorang Wedana Maospati di Madiun saat itu.
Sutomo menempuh pendidikan di Sekolah rendah bumiputera Maospati Madiun, kemudian di ELS Bangil, lalu melanjutkan studinya ke STOVIA di Batavia (1903-1911), dalam tahun 1911 ketika pemerintah Hindia Belanda kekurangan Ind.Â
Arts (dokter jawa), disebabkan penyakit PES, R. Sutomo bersama enam teman sekelasnya, enam bulan sebelum ujian akhir, diangkat sebagai Ind. Arts tanpa menempuh ujian.
Sutomo lahir di tengah keluarga dan kerabat aktivis, mulai dari kakek yang mengasuhnya, KH. Abdurakhman seorang pemuka agama besar di jawa timur, ayahnya seorang wedana yang berani, demokratis, dan dikenal sederhana dalam penampilannya.Â