Menyaksikan tumpukan sampah-sampah masa silam..
Hantaman malu dan ketidakberdayaan mengasingkan..
Mencoba kuat dengan segenap keyakinan dan kepasrahan yang mendalam..
Terhampar sekelebat rasa lapang di dalam sukma..
Berkah tampias betapa sejuknya hujan Kasih Sayang Ar-Rahmaan..
Melantun untaian pujian dan pengakuan sepenuh rasa..
Memulakan tekad betapa bahagianya senantiasa dalam pengabdian..
Damailah wahai ruang rinduku..
Aku akan berpacu menjadikanmu wadah terbaik untuk Tuanmu..
Meski lara rasa ini menyaksikan kegontaian diriku..
Namun kembang-kempis dadaku mengisyaratkan kesempatan agar aku bisa selalu membersamai titah-Nya selalu..
Berdiri dan tersungkur di ruang simpuh..
Menahan gejolak hawa di belantara rasa nan gaduh..
Mengulurkan tangan agar karunia tidak keruh..
Dan berjalan menemui-Nya ketika daya ini sanggup menempuh..
Menangis dalam harapan..
Menumpu cita pada pemilik kedermawanan..
Merajut benang kebajikan agar menjadi baju ketaqwaan..
Memperbaiki layar sebab betapa masih jauh pelayaran..
Karya: Lalu Nurul Anwar
Jakarta, 03:41, 16 Maret 2022
Sahabat, sampaikanlah kesan yang Anda rasakan setelah membacanya agar puisi  mendapat bukti bahwa ia untuk Anda bisa menjadi berarti..
Terimakasih
Salam Literasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H