"Kau lebih membela perempuan itu kan? Kau lebih mencintainya kan?"
Aku meraung raung histeris.
"Tidak ada siapa-siapa di sini sayang. Tidak ada perempuan manapun di sini. Tak ada siapa-siapa..."Â Suamiku menangis. Ia memeluku. Aku rasa dia buta.
"Sayang.. Kamu terluka. Kita harus segera ke rumah sakit"
Aku tak berdaya. Aku tak lagi ingat apa-apa.
***
Aku membuka mata ketika aku sudah berada di dalam ruangan. Aku berbaring dengan kedua kaki dan tanganku terikat.
Perempuan dengan mata sayu sedang menatapku di pojok ruangan.
"Harusnya kamu ikuti saranku. Harusnya kamu bunuh saja dirimu dengan obat tidur dngan tenang. Akhirnya begini kan? Kamu terikat di dalam ruangan. Kamu terpenjara. Tak ada lagi yang akan menolongmu. Tak akan ada lagi yang peduli padamu"
Ia sibuk menyalahkan aku. Aku menatapnya nanar. Pintu ruangan terbuka tanpa aku mempedulikan siapa yang datang. Aku masih menatap perempuan bermata sayu yang masih saja berkata-kata kepadaku..
"Siapa yang kamu lihat, sayang?"Â Suamiku duduk di samping pembaringan.