Mohon tunggu...
Lalu Aziz AlAzhari
Lalu Aziz AlAzhari Mohon Tunggu... Penulis - Orang Dalam

Dalam hal apapun kita semua masih dalam proses pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Wujudkan Net-Zero Emissions dengan Mengubah Kebiasaan dan Konsumsi Pangan Lokal

22 Oktober 2021   19:08 Diperbarui: 22 Oktober 2021   19:16 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Callum Shaw, unsplash.com

Mari kita bedah bersama-sama kenapa hal itu penting, sumber energi yang digunakan pada smartphone kita berasal dari baterai yang dimana sumber energi baterai tersebut berasal dari pembangkit listrik untuk mengisi dayanya, sedangkan pembangkit listrik yang ada di Indonesia rata-rata masih menggunakan pembangkit dengan bahan baku batu bara. 

Dari segi ekonomis, Harga batu bara bermacam-macam berkisar $USD 40-80/ton, kita ambil acuan keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) per Oktober 2021, harga batu bara berkisar $USD 161,3/ton atau setara dengan Rp. 2.286.873/ton atau Rp. 22.869/kg dengan densitas kalor 6322 kcal/kg (Mineral, 2021). 

Kemudian saat menggunakan smartphone, misalnya smartphone yang saya gunakan saat ini memiliki daya sekitar 9,88 Wh ketika saya menggunakan smartphone tersebut selama 3 jam/hari saya membutuhkan energi listrik sebesar 0,02964 kwh atau setara Rp. 8.121 yang diisi dengan menggunakan listrik PLN subsidi dengan daya 451-900 VA. 

Bagaimana kalau saya tidak berbenah, kebiasaan tersebut akan berkontribusi sekitar 2,5 kg/7hari batu bara, secara tidak langsung saya telah berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon menggunakan energi kotor yaitu bahan baku utama batu bara, bayangkan jika kebiasaan tersebut dilakukan oleh 10, 100 atau bahkan ratusan juta orang diseluruh penjuru tanah air. 

Berapa kuintal batu bara bahkan ribuan ton yang akan kita butuhkan hanya untuk memenuhi kebiasaan kita, dengan smartphone canggih. Dengan perubahan-perubahan kecil yang saya lakukan yaitu menekan penggunaan smartphone dari 3 jam/hari ke 1,5 jam/hari saya harap bisa mewujudkan cita-cita Indonesia.

Bukan hanya dari kebiasaan, sistem pangan dan gaya hidup yang Eco Friendly juga bisa kita lakukan untuk mewujudkan Net-Zero Emissions Indonesia 2060. Sistem ketahanan pangan yang tidak Eco Friendly merupakan salah satu tindakan yang mendorong terjadinya percepatan perubahan iklim. 

Untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang begitu pesat, berbagai tindakan dilakukan seperti halnya alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan padahal sebuah penelitian menyatakan penggunaan dan alih fungsi lahan berkontribusi paling besar terhadap perubahan iklim. 

Alih fungsi lahan dan penggunaan lahan secara besar-besaran untuk mewujudkan ketahanan pangan berkontribusi sekitar 71% terhadap perubahan iklim secara global (Crippa M, 2021).

Menerapkan sistem Circular pangan dan memanfaatkan halaman rumah untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga diharapakan mampu berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hal kecil ini juga bisa kita lakukan bersama-sama khususnya masyarakat yang berada didaerah perkotaan, kegiatan tersebut juga bisa mengurangi Food Loss and Waste atau kehilangan dan pemborosan pangan sebelum sampai ke tangan konsumen.

Sepertiga metrik milyar ton makanan yang layak makan terbuang sia-sia yang dikenal dengan istilah Food Loss and Waste setiap tahunnya (Yumei Wang, 2021) yang diakibatkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah transportasi ekspor dan impor bahan pangan, bahan pangan tersebut rusak diakibatkan proses transportasi yang memakan waktu ber jam-jam sehingga bahan pangan tersebut terkadang belum sampai ke tangan konsumen. Untuk meminimalisir Food Loss and Waste kita bisa memanfaatkan halaman rumah untuk ketahanan pangan keluarga yang lebih sehat dan ramah lingkungan.

Menciptakan ketahanan pangan keluarga dengan sistem Circular memiliki dampak positif bagi lingkungan, kesehatan bahkan ekonomi. Misalnya dari limbah makanan yang sudah tidak layak konsumsi bisa dijadikan kompos untuk kesuburan tanaman yang dalam tahap pertumbuhan hal tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun