"iya al its ok, tapi untuk kedepannya kamu jangan sering-sering nelfon dan ngchat aku lagi ya, kecuali kalau ada hal-hal penting, aku nggak enak sama pasanganmu, dia orangnya baik banget lo, jadi kamu jangan sakitin dia ya al,"
(Medengar jawaban ila tersebut, aku gak bisa ngomong apa-apa lagi, aku hanya bisa menjawab)
"I,,,ya ila terimaksih,"
"sama-sama al, yaudah aku tutup ya, bye"
Hal yang aku rasakan setelah selesai ngobrol via telfon dengan ila pada saat itu campur aduk, ada rasa bersalah, menyesal, dan ada senangnya juga. Aku merasa bersalah karena sudah membohongi dia selama ini, kemudian menyesal karena aku tidak bisa mendapatkan hatinya dia, ketahuan duluan bohongnya, dan mungkin itu cara tuhan menyelamatkan dia dari seorang laki-laki sepertiku, dan terahir, aku senang dia mau memaafkan aku meskipun aku tau ada hati yang menangis dibalik keteguhan sikapnya itu, tapi apapun itu, aku senang dia memberikan maafnya kepadaku. Dari hasil telefonanku sama ila, mendengar jawaban-jawaban dia, aku meyimpulkan, kalau ila sudah tidak bisa untuk diusahakan lagi, alias game over.
Selanjutnya tinggal satu orang lagi yang belum aku hubungi, yaitu firda. Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi firda pada saat itu dengan niatan yang sama dengan ila sebelumnya yaitu untuk meminta maaf.
Setelah menuggu lumayan lama, akhirnya firdapun mengangkat telfonnya,
"iya al, ada apa," dengan nada datar.
"maaf ya fir malem-malem begini aku nelfn kamu,"
"oh iya al gpp, emang ada apa?"
"gak ada apa-apa sih sebenarnya fir, Cuma aku mau minta maaf ke kamu,"