Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Editor -

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Saat Tuhan Bermain Dadu: Alam Semesta dan Tuhan dalam Narasi Stephen Hawking

30 Oktober 2018   16:10 Diperbarui: 30 Oktober 2018   16:18 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasilnya adalah bahwa Hawking menggali beragam persoalan saintifik yang belum terpecahkan sebelumnya, namun kaitannya dengan Tuhan ia menegaskan tidak percaya apa pun tentang Tuhan.

Pengetahuan Saintifik dan Agama 

Diskursus pengetahuan dan keyakinan, pengetahuan dan agama telah lama menjadi perdebatan panjang bukan hanya di kalangan akademisi, melainkan fisikawan sekalipun. Ada tiga haluan narasi relasional antara pengetahuan dan agama yang selama ini berkembang.

Argumentas pertama, mereka yang meyakini bahwa agama dan pengetahuan adalah dua hal yang berbeda. Jika agama terkait masalah spiritualitas, dan hukum masyarakat yang relatif, maka ilmu pengetahuan alam berlandaskan ukuran pasti, yaitu sistematis dan terukur. 

Saya memandang bahwa, argumentasi ini lahir dari pertikaian antara kelompok agama yang memiliki otoritas absolut dengan ilmuan yang menerapkan dasar pengetahuan alam sebagai tolak ukur. Hal ini bisa kita lihat dari latar munculnya zaman Rennaisance (pencerahan) yaitu sebuah usaha terbebas dari agama karena agama sebatas tahayul nenek moyang.

Argumentasi kedua, mereka yang menganggap dirinya adalah tradisionalis-tekstual. Mereka meyakini agama itu sempurna tapi itu hanya sebatas keyakinan tanpa disertai dengan penelitian impiris. Mereka meletakkan teks di atas segalanya, menjadikan teks sebagai klaim tunggal sekaligus sebagai kebenaran absolut.

Argumentasi ketiga, mereka yang meyakini ilmu pengetahuan dan agama memiliki pertalian kuat dan melengkapi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan agama seperti dua mata uang yang berbeda tapi melengkapi. Saya menemukan, agama Islam menjadi satu-satunya norma dogmatik yang mengajarkan tentang hal ini. 

Terbukti misalnya ketika Islam menjadi pusat pengembangan pengetahuan alam; astronomi, fisika dan kimia dan ilmu lain, bersumber pada berita-berita nash al-Qur'an. Ilmuan Muslim, menjadikan teks al-Qur'an sebagai spirit dasar dalam upaya menggali informasi saintifik yang termuat di dalamnya itulah mengapa ungkapan "al-Qur'an fleksibel di setiap zaman dan tempat" bukan saja berarti fleksibilitas hukumnya, melainkan fleksibilitas informasi saintifik yang dapat menjadi rujukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun