Mohon tunggu...
Inovasi

Jangan Jadikan Televisi Bisnis yang Kejam

12 Desember 2018   01:02 Diperbarui: 12 Desember 2018   01:48 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Surya Paloh misalnya mendapat porsi pemberitaan paling banyak di Metro TV. Dalam periode penelitian, tercatat ada 15 judul berita dengan durasi 6.297 detik yang memberitakan Surya Paloh," ujar Heychael, di KPI, Jakarta, Jumat (25/4/2014).

Durasi tersebut, kata dia, memakan 30.6 persen pemberitaan dari seluruh pemberitaan partai politik di Metro TV. Jumlah tersebut dua kali lipat dari pemberitaan Mahfud MD yang hanya 3.955 detik atau 19,8 persen.

Tidak hanya itu, Metro TV pun menunjukkan keberpihakannya kepada Surya Paloh yang notabene adalah pemilik, bahwa tidak ada satu berita negatif mengenai dirinya.

Dalam periode penelitian 1-7 November 2013 tersebut, dari 15 berita mengenai Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, 10 berita bernada positif dan lima berita bersifat netral.

Sementara TV One, porsi kepentingan Aburizal Bakrie juga sangat kentara. Frekuensi dan durasi iklan politik Aburizal mencapai 152 kali dengan durasi 6.060 detik dan ditambah iklan Partai Golkar sebanyak 49 kali dengan durasi 1.470 detik dalam seminggu.

"Jumlah ini merupakan frekuensi dan durasi iklan tokoh politik tertinggi sepanjang minggu pertama November 2013 di enam stasiun televisi yang kami teliti," kata dia.

Hal serupa juga terjadi pada RCTI, kepunyaan Hary Tanoesoedibjo. Hary merupakan bakal calon wakil presiden dari Partai Hanura yang maju bersama Wiranto sebagai bakal calon presiden.

Dari penelitian Remotivi, porsi berita tertinggi di RCTI adalah Hanura yakni 44,4 persen. Sebesar 100 persen berita positif dalam tayangan RCTI adalah Hanura.

RCTI juga menjadi ruang iklan politik Wiranto dan Hary Tanoe. Mereka muncul 66 kali dengan durasi 2.605 detik. Angka tersebut belum ditambah dengan kemunculan mereka pada program kuis yang mencapai 14 kali."

Dari berita diatas memang stasiun televisi tidak diharuskan menyangkut-pautkan kepentingan pribadi diranah politik. Peran televisi untuk mencerdaskan opini masyarakat harus netral agar tercipta sebuah keadilan didalam politik sendiri. Jika memang stasiun televisi memasuki ranah bisnis silahkan berbisnis dengan inovasi yang sehat demi kepentingan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun