Hahaha, suasana kelas ini memang sangat hangat sampai mungkin pendingin diruangan ini tidak terasa, itulah yang ku sukai dari kelas ini. Rasa kekeluargaan bagai saudara yang sudah sangat akrab, rasa persatuan, tolong menolong antar sesama yang membutuhkan, dan persahabatan yang kental bagai yougurt manis yang jika dirasa membawa kedamaian hati. Hahaha maaf, lupakan bahasa metafora yang aku tambahkan, pokoknya kelas ini berbeda dengan kelas lainnya.
Namun suatu hari, saat itu hari selasa, Aku, Ari, dan Rifa pergi ke kantin, saat melewati kelas XI IPA. Hatiku berdetak cepat dengan mata memandang kaget, karena melihat seorang bidadari cantik dengan buku ditangannya lewat di depanku, dia tersenyum hangat, sontak mukaku memerah. Muka cowok mana yang tidak memerah jika diberikan senyuman hangat oleh seorang cewek cantik, dengan aura anggun, kulit manis, dengan tambahan jilbab putih sebagai pelengkap keindahannya. Oh, jangan lupa dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi dan bentuk yang bisa dibilang ‘WOW!’. Hey, aku masih normal jadi wajar saja jika aku bilang begitu, lagi pula aku sedang dalam masa puber, jadi maklumi saja.
Sungguh, aku bersyukur kepada Allah SWT. Karena telah menciptakannya sosok secantik dia. ‘Hmhmm, aku senang hidup hingga sekarang’ batinku sambil tersenyum.
“...Lif,..Lif..,.WOY ALIF!” panggil Ari setengah teriak menyadarkanku dari lamunan indah, “hm?” jawab ku bodoh,
“Dasar pesek, dari tadi dipanggil malah bengong” kata Ari jengkel,
“Dia suka sama Rahma tu, hahahaaha!” sambung Rifa tertawa lebar,
“Rahma? Siapa?” kata ku bingung,
“Yaelah, ini anak. Cewek cantik yang lewat itu kan Rahma, teman sekelas kita.” Jawab Ari heran, sedangkan Rifa masih tertawa, ‘astaga, kok aku bisa lupa’ batin ku heran juga. Yah, beginilah kalau siswa banyak pikiran, lupa teman sendiri.
Hari itu pun ku habiskan seperti biasa. Namun, hal luar biasa terjadi. Hal ini membuatku senyum-senyum tidak jelas sepanjang. Yah, aku dapat nomer hpnya Rahma. Menurut kalian pasti itu hal sepele, tapi bagi seorang yang lagi kasmaran seperti ku ini, itu seperti mendapat dompet dengan isi seratus ribuan. Mungkin ada yang bertanya, dari mana aku dapat nomer hpnya? Hn, ya dari orang yang punya. Ku bulatkan tekad dan menempa keberanian, sepatah demi patah kata ku susun sebelum eksekusi di lakukan, setelah menemukan kalimat yang tepat, ku berjalan ke arahnya yang sedang terduduk dibangku membaca buku, dengan tekad setebal baja ku berkata “Assalamualaikum, Rahma!”, dia melihat dan tersenyum
“Waalaikumsalam, Lif!” jawab Rahma,
“hm,..h,..anu,..ma,,e,..Rahma?” mulutku tiba-tiba gagap,