Dalam kutipan tersebut tersirat bahwa
Dengan memahami keterbatasan lahan kering yang menjadikan lahan itu spesial, kita dapat mengembangkan teknologi dan praktik pertanian yang sesuai dengan kondisi lahan kering. Teknologi konservasi lahan kering, sistem irigasi yang efisien, pengolahan tanah yang tepat, pemupukan organik, dan penggunaan varietas tanaman yang tahan kekeringan dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi tanaman dan menjadikan lahan kering sebagai sumber penghasilan yang berkelanjutan.
Beberapa praktik pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan antara lain penggunaan teknologi irigasi yang efisien, penggunaan pupuk dan pestisida yang tepat, pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap kondisi kering, penggunaan sistem pertanian berkelanjutan seperti agroforestri dan sistem pertanian organik, dan pemeliharaan keanekaragaman hayati.
Masyarakat Bali memiliki tradisi dalam mengelola lahan kering dengan cara yang berkelanjutan. Beberapa solusi praktik pengelolaan lahan kering yang dilakukan oleh masyarakat Bali untuk mendukung pertanian berkelanjutan antara lain:
- Sistem irigasi Subak: sistem irigasi tradisional yang digunakan di Bali. Sistem ini mengatur distribusi air ke sawah-sawah dengan cara bergantian. Sistem irigasi Subak ini telah terbukti efektif dalam menjaga keberlanjutan pertanian di Bali.
- Agroforestri: praktik menanam pohon di antara tanaman pertanian. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan meningkatkan kesuburan tanah.
- Penggunaan pupuk organik: penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Kombinasi subak, agroforestri, dan penggunaan pupuk organik merupakan praktik konservasi lahan yang efektif dalam menjaga konservasi tanah dan air serta lingkungan sekitar. Namun, untuk memastikan keberhasilan praktik ini, perlu dilakukan pendekatan secara holistik dan terintegrasi, yang melibatkan berbagai aspek seperti teknis, sosial, ekonomi, dan budaya.
Misalnya, implementasi praktik agroforestri perlu mempertimbangkan jenis pohon yang tepat, jarak tanam yang sesuai, dan cara pemeliharaannya. Selain itu, perlu dilakukan pendekatan partisipatif yang melibatkan petani dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi praktik, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan praktik tersebut.
Dalam hal penggunaan pupuk organik, perlu diperhatikan sumber dan kualitas pupuk organik yang digunakan agar tidak menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan pengelolaan limbah organik secara efektif untuk memperoleh pupuk organik yang berkualitas tinggi. Serta sistem irigasi Subak, perlu dilakukan pengelolaan air yang efisien dan efektif, serta menjaga keberlanjutan sistem irigasi Subak dengan melibatkan petani dan pihak terkait dalam pengambilan keputusan.
Dalam kesimpulannya, kombinasi subak, agroforestri, dan penggunaan pupuk organik merupakan salah satu cara yang dapat membantu dalam pengelolaan lahan kering dan menjaga konservasi tanah dan air serta lingkungan sekitar. Namun, perlu dilakukan pendekatan secara holistik dan terintegrasi dalam implementasi praktik tersebut. Solusi-solusi di atas dapat diterapkan secara terpadu dan berkelanjutan untuk mengelola lahan kering di Bali dengan lebih efektif, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi risiko kekeringan, dan menjaga keberlanjutan sistem pertanian. Untuk meningkatkan implementasi praktik konservasi lahan di Bali, antara lain pendidikan dan pelatihan kepada petani, serta dukungan dari pemerintah. melalui Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan tidak hanya bergantung pada satu praktik saja. Dibutuhkan kombinasi dari beberapa praktik yang saling mendukung untuk mencapai hasil yang optimal.
Penulis