Lahan kering adalah suatu area yang memiliki curah hujan yang rendah dan kelembaban tanah yang minim, sehingga tidak cocok untuk pertanian tanaman yang memerlukan air yang cukup. Hal ini seringkali membuat lahan kering menjadi tidak produktif dan sulit dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian.
Lahan kering menjadi tantangan sulit bagi petani di zaman sekarang karena adanya keterbatasan air dan kesuburan tanah yang mempengaruhi produktivitas pertanian. Beberapa faktor yang menyebabkan lahan kering sulit untuk dikelola antara lain:
- Keterbatasan air: Lahan kering memiliki keterbatasan air yang menyebabkan produktivitas pertanian menjadi terbatas. Tanaman yang tumbuh di lahan kering seringkali mengalami stres air, yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi menjadi lambat atau bahkan mati.
- Kesuburan tanah yang rendah: Lahan kering cenderung memiliki kesuburan tanah yang rendah karena kurangnya nutrisi dan bahan organik yang tersedia. Tanah yang kurang subur sulit untuk menopang pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi produktivitas pertanian.
- Erosi tanah: Lahan kering cenderung rentan terhadap erosi tanah, terutama ketika terjadi hujan lebat atau angin kencang. Erosi tanah dapat mengurangi kesuburan tanah dan mengurangi produktivitas pertanian.
- Perubahan iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi ketersediaan air dan kesuburan tanah di lahan kering. Perubahan iklim seperti peningkatan suhu, kekeringan, dan curah hujan yang tidak teratur dapat memperburuk kondisi lahan kering.
- Kemiskinan: Banyak petani di lahan kering hidup dalam kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mengurangi motivasi dan kemampuan petani untuk melakukan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
"Lahan kering adalah suatu tantangan, bukan hambatan" - Paul Wolfowitz
Karena tantangan yang sulit ini, pengelolaan lahan kering menjadi sangat penting untuk memastikan pertanian berkelanjutan di daerah dengan keterbatasan air. Dalam permasalahan tersebut ada beberapa aspek-aspek yang sering diabaikan dalam pengelolaan lahan kering yaitu :
- Tidak memperhatikan aspek sosial: Terkadang dalam pengelolaan lahan kering, aspek sosial seperti kesejahteraan petani dan hak-hak mereka diabaikan. Pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek sosial dengan melibatkan petani dan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan akses dan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat dari praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
- Tidak berkelanjutan secara finansial: Beberapa praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan dapat memerlukan investasi yang tinggi dan tidak dapat diakses oleh petani di lahan kering yang hidup dalam kemiskinan. Pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan harus berkelanjutan secara finansial dengan memperhitungkan biaya dan manfaat jangka panjang dari praktik-praktik pengelolaan lahan yang diterapkan.
- Kurangnya dukungan dan akses terhadap teknologi: Petani di lahan kering seringkali kesulitan untuk memperoleh teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan karena kurangnya dukungan dan akses. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta harus berperan dalam memberikan dukungan dan akses terhadap teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan bagi petani di lahan kering.
- Kurangnya koordinasi antara lembaga dan stakeholder: Terkadang kurangnya koordinasi antara lembaga dan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan lahan kering dapat menghambat implementasi praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Koordinasi yang baik antara lembaga dan stakeholder sangat penting untuk memastikan pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan dan efektif.
"Jika kita tidak belajar mengelola lahan kering dengan baik, maka kita tidak bisa berbicara tentang pertanian berkelanjutan dan kemakmuran petani" - Dr. Mahmoud Solh
Namun, meskipun lahan kering memiliki keterbatasan dalam hal air, hal ini tidak berarti bahwa lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian atau pengelolaan sumber daya alam lainnya. Beberapa teknik pengelolaan lahan kering yang dapat diterapkan antara lain konservasi air, pemanfaatan air hujan, penggunaan varietas tanaman yang tahan kekeringan, penggunaan pupuk organik, dan penanaman pohon-pohon penghasil kayu bakar.
Selain itu, lahan kering juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain seperti peternakan, penanaman tanaman obat-obatan, atau kegiatan lain yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu, pengelolaan lahan kering harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mengatasi isu-isu permasalahan dalam pengelolaan lahan kering, diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi dengan memperhatikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta juga dapat berperan dalam memberikan dukungan dan akses kepada petani di lahan kering untuk memperoleh teknologi dan praktik-praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Tujuan dari pengelolaan lahan kering adalah untuk mengoptimalkan produksi pertanian dan konservasi sumber daya alam di daerah yang memiliki keterbatasan air. Beberapa tujuan spesifik dari pengelolaan lahan kering meliputi:
- Meningkatkan produktivitas lahan: Pengelolaan lahan kering bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan melalui penggunaan praktik-praktik pertanian yang efektif dan berkelanjutan.
- Mengurangi erosi tanah: Praktik-praktik konservasi tanah dan air diterapkan untuk mengurangi erosi tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.
- Menjaga ketersediaan air: Pengelolaan lahan kering bertujuan untuk menjaga ketersediaan air dengan mengurangi kehilangan air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air.
- Meningkatkan keberlanjutan pertanian: Pengelolaan lahan kering juga bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan pertanian dengan mempertahankan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan dampak negatif pada lingkungan.
- Meningkatkan kesejahteraan petani: Dengan mengoptimalkan produksi pertanian, pengelolaan lahan kering juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat lokal.
Dalam pengelolaan lahan kering, penting untuk menghindari praktik-praktik pertanian yang merusak lingkungan seperti penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan pengolahan tanah yang tidak sesuai. Selain itu, pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan juga harus memperhatikan keberlanjutan sumber daya air, karena air merupakan faktor penting dalam pertanian.
Pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan dapat mencakup praktik-praktik seperti penggunaan teknik konservasi tanah dan air, penggunaan pupuk organik, rotasi tanaman, dan pengendalian hama secara alami. Selain itu, pendekatan agroforestri juga dapat diadopsi untuk meningkatkan keanekaragaman tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah.
Dalam jangka panjang, pengelolaan lahan kering yang berkelanjutan dapat membantu meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi dampak negatif pertanian terhadap lingkungan. Hal ini akan membawa manfaat bagi petani dan masyarakat yang bergantung pada pertanian untuk hidup dan juga untuk menjaga keberlanjutan planet kita.
Bali merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki lahan kering yang cukup luas. Di Bali, pengelolaan lahan kering biasanya dilakukan dengan berbagai teknik pertanian yang telah diadaptasi dengan kondisi alam dan budaya setempat. Menurut beberapa sumber lahan kering berupa tegalan/perkebunan kurang lebih mencapai 201 ribu hektare, sehingga diperlukan solusi yang tepat dalam pengelolaan lahan kering tersebut. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan dalam mengelola lahan kering di Bali:
- Teknik konservasi tanah dan air: Penggunaan teknik konservasi tanah dan air, seperti pembuatan teras atau tanggul, penanaman tanaman penutup tanah, pengendalian erosi, dan penggunaan pupuk organik dan kompos dapat membantu meningkatkan kualitas tanah dan kemampuan tanah untuk menahan air.
- Penggunaan varietas tanaman toleran kekeringan: Pemilihan varietas tanaman yang dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kering dan minim air sangat penting untuk meningkatkan produktivitas lahan kering.
- Teknik irigasi yang efisien: Penggunaan teknik irigasi yang efisien, seperti irigasi tetes dan irigasi berbasis air hujan, dapat membantu menghemat penggunaan air dan meningkatkan produktivitas lahan kering.
- Diversifikasi tanaman: Diversifikasi tanaman dengan menanam beberapa jenis tanaman sekaligus dapat membantu mengurangi risiko gagal panen dan meningkatkan keberlanjutan sistem pertanian.
- Pengembangan agroforestri: Pengembangan agroforestri dengan menanam tanaman perkebunan dan hutan bukan hanya dapat meningkatkan produktivitas lahan kering, tetapi juga membantu menjaga keberlanjutan lingkungan.
- Pelatihan dan pendidikan: Pelatihan dan pendidikan kepada petani mengenai teknik pengelolaan lahan yang berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan lahan kering dan mengurangi risiko gagal panen.
Beberapa teknik pengelolaan lahan kering yang umum dilakukan di Bali antara lain:
- Subak: Subak adalah sistem pertanian tradisional di Bali yang berbasis irigasi. Sistem ini dilakukan dengan mengatur aliran air dari sumber ke sawah dan membaginya ke setiap petani dengan jadwal tertentu. Selain meningkatkan produktivitas, sistem subak juga membantu menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati.
- Tumpang sari: Tumpang sari adalah teknik bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman secara bersamaan di satu lahan. Hal ini membantu memaksimalkan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam, serta mengurangi resiko kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit.
- Agroforestri: Agroforestri adalah teknik bercocok tanam dengan menanam pohon atau tanaman perdu bersamaan dengan tanaman pangan atau hortikultura. Teknik ini membantu meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga keseimbangan lingkungan.
- Pemanfaatan lahan berbukit: Di Bali, lahan berbukit yang sulit diakses sering dimanfaatkan untuk pertanian dengan teknik penanaman tanaman sayuran dan buah-buahan secara terasering.
- Pengelolaan air: Bali dikenal dengan sistem irigasi berbasis subak yang telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Selain itu, teknik penghematan air seperti irigasi tetes dan pemanfaatan air hujan juga semakin populer di Bali.
Solusi-solusi di atas dapat diterapkan secara terpadu dan berkelanjutan untuk mengelola lahan kering di Bali dengan lebih efektif, sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi risiko kekeringan, dan menjaga keberlanjutan sistem pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H