Mohon tunggu...
Sepudin Zuhri
Sepudin Zuhri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tak Sabar Menanti Wajah Baru Kota Tua, Ikon Jakarta dari Sunda Kelapa, Fatahillah hingga Batavia

8 Agustus 2022   15:58 Diperbarui: 8 Agustus 2022   16:02 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto revitaliasi Kawasan Kotatua diambil 6 Agustus 2022./Foto: Dokumen pribadi.

Sabtu malam (6/8/2022), kawasan Kotatua Jakarta tampak ramai. Kendaraan baik roda empat maupun roda dua yang melintas di kawasan ini juga cukup padat pada akhir pekan itu. Terlihat beberapa pengunjung yang masih lalu lalang, beberapa lainnya duduk santai sambil menikmati pemandangan malam di salah satu ikon Kota Jakarta ini. 

Kawasan alun-alun Museum Fatahillah ditutup karena masih dalam penyelesaian pekerjaan penataan (revitalisasi) Kotatua, sehingga hanya bisa dikunjungi pada siang.

Terlihat beberapa sisa pekerjaan di sepanjang jalan Kawasan Kotatua, seperti di Jl. Lada Dalam, Jl. Kali Besar Timur, Jl. Kemukus, Jl. Ketumbar, Jl. Lada Raya, dan beberapa area lainnya. Beberapa trotoar masih terlihat dalam proses penyelesaian. 

Begitu juga dengan pekerjaan-pekerjaan revitalisasi lainnya yang nampak belum selesai. Berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, progress revitalisasi Kawasan Kotatua Jakarta sudah mencapai 93%.

Rasanya sudah tidak sabar ingin melihat bentuk dan wajah baru Kotatua setelah direvitalisasi. Apakah nantinya tidak macet, semrawut, tidak ada parkir liar, para pedagang kaki lima berdagang dengan teratur dan terpusat, informasi semakin mudah, dan tentunya apakah akan menjadi semakin indah tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dan sejarah ini. 

Selama ini, kota peninggalan kolonial ini identic dengan kemacetan, parkir liar, tidak tertata, tidak ramah terhadap pejalan kaki dan pesepeda.

Beberapa hal yang sedang dan telah dilakukan seperti pembongkaran pagar Bank Mandiri, pembangunan jalan di area ex parkir Bank Mandiri, dan penataan di Jalan Pintu Besar Utara. Masih di kawasan Stasiun Kota, Pemprov DKI menata area stasiun, yaitu pembongkaran Halte Beos, kemudian membuat jalur pedestrian Plaza Beos, mempercantik Plaza Beos dengan penanaman pohon, tanaman hias, dan rumput.

Pedestrian di Jalan Jembatan Batu juga ditata, termasuk pembangunan kanopi, serta pembangunan area transit (area drop off/pick up ojek online, bajaj, dan angkutan umum), sehingga akan tertata. Sebelumnya, angkutan umum, bajaj, ojol seringkali terlihat semrawut karena tidak memiliki jalur khusus mereka.

Selama ini tidak sedikit para pengunjung yang bingung ketika memasuki kawasan Kotatua. Oleh sebab itu, Pemprov DKI Jakarta juga memasang petunjuk jalan (wayfinding), rambu lalu lintas, marka jalan, jalur sepeda, rak sepeda, dan pembatas beton (MCB).

Kendati belum selesai 100%, kawasan depan Museum BI dan Museum Bank Mandiri menjadi kian nyaman bagi para pejalan kaki, tertata, rapi, dan ditanami banyak pepohonan dan rumput. 

Yang akan sangat terasa dan berbeda adalah area pedestrian dan jalur sepeda yang menjadi luas sehingga sangat nyaman untuk berjalan santai sambil menikmati bangunan-bangunan tua Batavia.

Revitalisasi Kawasan Kotatua juga menghadapi berbagai kendala di lapangan seperti adanya jaringan utilitas Palyja dan kabel SUTR dan STR milik PLN. Namun, Pemprov DKI Jakarta optimistis tidak lama lagi penataan ini segera rampung dan segera bisa dinikmati warga Jakarta dan masyarakat lain dari seluruh penjuru baik dalam negeri maupun asing untuk wisata edukasi atas peninggalan sejarah.

LANGKAH TEPAT

Langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merevitalisasi Kotatua sudah sangat tepat mengingat kawasan ini merupakan salah satu ikon sejarah DKI Jakarta yang selalu menjadi tujuan utama para wisatawan. 

Tentunya penataan tanpa menghilangkan unsur-unsur khas Kawasan Kotatua.

Kotatua juga menjadi edukasi sejarah mulai dari berbagai etnis yang menghuni wilayah ini sehingga memiliki kekayaan warisan seni-budaya, kuliner, hingga langgam bangunan arsitektur dari masa ke masa. 

Dapat dibayangkan bahwa dari lingkungan Kotatua Jakarta (Oud Batavia) inilah bermacam kelompok masyarakat tinggal dan menetap dengan tradisi budaya masing-masing, yang di kemudian hari masih ada yang tetap dipertahankan kekhasannya.

Beberapa bangunan-bangunan bersejarah adalah Taman Fatahillah. Bangunan utama, yaitu bekas Gedung Balai Kota Batavia atau Stadhuis (City Hall) ditetapkan menjadi Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1974. Alun-alun atau yang dulu disebut Stadhuisplein kemudian diberi nama baru yaitu Taman Fatahillah. Ada juga Museum Wayang, Museum Seni Rupa dan Keramik, Kantor Pos, dan Cafe Batavia.

Penataan Kawasan ini mencakup Jl. Lada Dalam, Jl. Kemukus, Jl. Ketumbar, Jl. Lada Raya, dan Jl. Kali Besar Tmur.

Tertib, rapih, bersih, tertata. Mungkin semua orang akan menghendaki hal-hal seperti itu. Hasil penataan Kotatua oleh Pemprov DKI yang akan segera rampung dalam waktu dekat ini diharapkan memenuhi ekspektasi publik terhadap Kawasan yang menjadi cikal bakal Kota Jakarta ini. Kawasan yang memiliki aset-aset budaya, puluhan bangunan cagar budaya dari abad 15-an yang sedang direvitalisasi agar lebih tertib, rapih, bersih sehingga semakin nyaman.

Kotatua di Jakarta Barat ini tidak pernah sepi pengunjung. Bahkan, bagi mereka yang sudah lebih dari satu kali mengunjungi Kotatua pun seringkali ingin bernostalgia sambil membayangkan zaman Batavia ketika orang Belanda datang dan membangun kota ini. 

Kota rancangan Simon Stevin didesain dengan banyak kanal-kanal yang mengambil air dengan sodetan dari Ciliwung. Batavia dipuja-puji dalam banyak laporan sebagai kota paling indah dan kota paling ideal. Christopher Fryke yang mengunjungi Batavia pada 1680-an malah bilang lebih indah daripada kota Amsterdam yang ditirunya.

Selain membangun dan memperbaiki jalur pedestrian menjadi semakin luas, area parkir juga disiapkan. Selama ini area parkir yang tidak jelas dan banyak kendaraan pengunjung parkir di sekitar bangunan-bangunan tua berdampak pada visual objek bangunan yang terhalangi. 

Di samping itu juga keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan menempel bangunan tua, dan terkesan kotor dan semrawut yang mempengaruhi citra dan keindahan bangunan cagar budaya.

Kini, sudah mulai nampak jalur Pedestrian ini menjadi indah dan enak dilihat dan bisa membuat pengunjung tambah betah berkunjung ke Kawasan Kotatua yang makin terlihat bersih dan tambah modern. Yang terpenting, para pengunjung memiliki ruang lebih luas dengan berjalan kaki di jalur pedestrian sambil menikmati bangunan-bangunan tua dari abad 15.

KAWASAN RENDAH EMISI

Sementara itu, terhitung per Senin (1/8/2022), Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta melakukan rekayasa lalu lintas di kawasan wisata KotaTua. Uji coba tersebut diberlakukan dalam rangka reaktivasi kawasan rendah emisi atau low emission zone (LEZ) di Kotatua.

Beberapa titik yang diberlakukan, yaitu Kawasan Rendah Emisi (LEZ), lalu lintas dari Pluit menuju Harmoni, Pluit menuju Priuk, Timur atau Utara menuju Asemka atau Harmoni, Utara Jalan Kali Besar Barat, dan Selatan mulai dari jalan Asemka. Pada zona LEZ, dipasang rambu-rambu larangan melintas untuk kendaraan pribadi yaitu sepeda motor dan mobil barang, kecuali bus Transjakarta. Akses moda transportasi public kian dipermudah melalui integrasi KRL, mikrotrans, dan bus Transjakarta.

Tak hanya indah dan nyaman, reaktivasi Kawasan rendah emisi ini juga tentunya semakin memanjakan para pengunjung kian betah berlama-lama di Kawasan Kotatua.

PENATAAN PKL

Selain kawasan rendah emisi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga menata para pelaku usaha mikro atau pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di kawasan wisata Kotatua. 

Para pedagang ditata, dengan merelokasi ke Lokasi Binaan Pemprov, yaitu Kota Intan di Jalan Cengkeh, masih di kawasan wisata Kota Tua. Pemprov DKI tidak hanya merelokasi para PKL, tetapi juga berkomitmen lokasi baru tersebut tetap ramai didatangi para wisatawan. Penataan ini dilakukan untuk semua pedagang.

Setelah pedagang kaki lima rapih, Pemprov DKI juga menata parkir. Tidak ada lagi parkir liar yang sangat mengganggu kenyamanan para pengunjung. Parkir kendaraan terpusat di Lokasi Binaan yang menjadi tempat para pedagang kaki lima. 

Jadi, para wisataan saat datang dan ketika akan pulang otomatis melewati sentral pedagang kaki lima. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merelokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di kawasan wisata Kota Tua Jakarta Barat mulai Agustus 2022. Proses relokasi dijaga pihak Satpol PP agar berjalan kondusif. PKL yang ada di Kota Tua akan dipindahkan ke Kota Intan. Lokasi relokasi PKL tidak berjauhan dari Kotatua.

Revitalisasi Kota Tua hampir rampung. Penataan Kawasan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak, terutama para wisatawan. Dengan semakin tingginya kunjungan wisatawan diharapkan berdampak positif terhadap pedagang kaki lima.

Semoga penataan Kawasan Kotatua semakin memperkuat salah satu ikon Jakarta ini sebagai salah satu destinasi wisata yang sarat dengan nilai budaya dan sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun