Narapidana tersebut dipaksa bekerja dengan peralatan seadanya tanpa alas kaki dan alat pelindung sehingga menyebabkan kaki mereka melepuh karena panasnya batu bara.Â
Walaupun telah dipaksa bekerja tanpa alat pelindung mereka masih mendapatkan hukuman cambuk yang secara acak dipanngil untuk mendapatkan hukuman tersebut. Tak ayal jika banyak dari mereka yang berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara mulai dari bunuh diri hingga saling bunuh.
Mendengar nama Mbah Seoro yang sebenarnya sangat familiar membuat kita berpikir siapa sih sebenarnya mbah seoro dan bagaimana nama tersebut menjadi nama museum tambang batu bara ini. Pemandu yang  memandu berkeliling menjelaskan dengan detail apa yang ada di museum tersebut, hingga sejarah penamaannya.Â
Pemandu menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa nama museum ini adalah museum lubang mbah seoro. Pertama, karena masyarakat sekitar meyakini bahwa lubang tambang ini dibuka pada malam 1 seoro.Â
Dalam tradisi jawa malam satu seoro adalah malam pergantian tahun hijriah, dimana malam ini dianggap sakral. Kedua, karena diatas lubang tersebut terdapat seoro yang masih digunakan sampai sekarang.
Seoro dalam hal ini yaitu "surau" yang merupakan mushalla atau tempat ibadah yang ada di Minangkabau. Suara adzan dari musalla yang ada diatas lubang ini terdengar hingga ke dalam lubang ini. Terakhir ada juga yang meyakini bahwa juru tambang atau penambang di lubang ini ada yang berasal dari jawa dan diyakini bernama mbah seoro.Â
Dengan alasan-alasan tersebutlah hingga pada akhirnya nama tersebut diresmikan menjadi nama meseum lubang tambang batu bara di Sawahlunto yaitu Museum Lubang Tambang Mbah Seoro.
Sawahlunto merupakan kota yang unik dan memiliki sejarah yang patut untuk kita jadikan pelajaran. Bahkan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto memiliki Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) dari penilaian UNESCO yang masuk kritera ii dan iv.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI