Kota Sawahlunto  terkenal dengan sebutan Kota Batu Bara karena dulu terdapat tambang batu bara pada masa Kolonial Belanda yang dikenal dengan Tambang Batu Bara Ombilin.Â
Nama Sawahlunto sendiri merupakan gabungan kata "Sawah dan Lunto", hal ini dikarenakan daerah ini terdapat banyak sawah yang dialiri oleh batang lunto atau sungai lunto. Gabungan kedua kata inilah yang akhirnya menjadi nama kota ini yaitu Sawahlunto.
Tambang Batu Bara Ombilin dibangun pada tahun 1891 pada masa penjajahan Hindia Belanda, kemudian mulai beroperasi pada tahun 1892. Tambang ini digunakan oleh Belanda selama 90 Â tahun hingga akhirnya Jepang ikut serta dan mengambil alih tambang ini karena menjajah Indonesia.Â
Namun, pada saat Jepang mengelola tambang ini produksi batu bara mengalami penurunan yang cukup signifikan. Saat ini tambang batu bara Ombilin sudah tidak beroperasi lagi, namun jejaknya masih bisa kita jumpai di Museum Lubang Tambang Mbah Seoro.
Sebelum penjajah memutuskan untuk melakukan penambangan di kawasan Sawahlunto dilakukan dahulu sebuah penelitian yang membuahkan kesimpulan bahwa batu bara disini memiliki kualitas yang baik unntuk ditambang.Â
Penelitian Belanda oleh De Greve inilah yang menjadi alasan Belanda menambang batu bara di Sawahlunto. De Greve menemukan kandungan batubara di Ombilin di tahun 1868 dalam penelitiannya di sekitar Ombilin. Yang kemudian ia tulis dalam laporan yang berjudul "Het Ombilin-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het transportstelsel op Sumatra Weskust" diterbitkan di majalah oleh Nederlandsche Maatschappij untuk promosi industri di tahun 1871 halaman 379-386, selanjutnya laporan lengkapnya terdiri dari 159 halaman dipublikasikan dalam sebuah buku dengan judul yang sama di Batavia tahun 1907 oleh Landsdrukkerij (percetakan nasional).
Penambangan batu Bara Ombilin memang sudah tidak berooerasi lagi hari ini, namun jejaknya masih dapat kita lihat secara langsung hingga kini di Museum Lubang Tambang Mabh seoro. Museum ini terletak di Di Kelurahan Tanah Lapang, Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, Indonesia.Â
Disana kita bisa melihat secara langsung lubang tambang batu bara, peralatan yang digunakan untuk menambang, gembok dan rantai untuk  manusia rantai, serta foto-foto bersejarah saat menambang juga ada di museum ini.
Saat mengunjungi museum ini kita akan dipandu oleh seorang tour guide yang sangat paham dengan seluk beluk pertambangan ini. Semua dijelaskan dengan rinci sehinngga kita dapat memahami betapa kerasnya dan betapa kejamnya penjajah tersebut.Â
Pekerja tambang bukanlah orang pribumi, mereka ialah narapidana yang dibawa untuk bekerja di lubang tambang. Mereka diikan dengan rantai agar tidak bisa lepas dan kabur, masyarakat yang melihat memanggil mereka dengan sebutan manusia rantai.Â
Narapidana tersebut dipaksa bekerja dengan peralatan seadanya tanpa alas kaki dan alat pelindung sehingga menyebabkan kaki mereka melepuh karena panasnya batu bara.Â
Walaupun telah dipaksa bekerja tanpa alat pelindung mereka masih mendapatkan hukuman cambuk yang secara acak dipanngil untuk mendapatkan hukuman tersebut. Tak ayal jika banyak dari mereka yang berusaha untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara mulai dari bunuh diri hingga saling bunuh.
Tempat itu memiliki sejarah yang sangat hebat namun pernah nggak sih kamu berpikir kenapa museum ini dinamakan museum lubang tambang mbah seoro?Â
Mendengar nama Mbah Seoro yang sebenarnya sangat familiar membuat kita berpikir siapa sih sebenarnya mbah seoro dan bagaimana nama tersebut menjadi nama museum tambang batu bara ini. Pemandu yang  memandu berkeliling menjelaskan dengan detail apa yang ada di museum tersebut, hingga sejarah penamaannya.Â
Pemandu menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa nama museum ini adalah museum lubang mbah seoro. Pertama, karena masyarakat sekitar meyakini bahwa lubang tambang ini dibuka pada malam 1 seoro.Â
Dalam tradisi jawa malam satu seoro adalah malam pergantian tahun hijriah, dimana malam ini dianggap sakral. Kedua, karena diatas lubang tersebut terdapat seoro yang masih digunakan sampai sekarang.
Seoro dalam hal ini yaitu "surau" yang merupakan mushalla atau tempat ibadah yang ada di Minangkabau. Suara adzan dari musalla yang ada diatas lubang ini terdengar hingga ke dalam lubang ini. Terakhir ada juga yang meyakini bahwa juru tambang atau penambang di lubang ini ada yang berasal dari jawa dan diyakini bernama mbah seoro.Â
Dengan alasan-alasan tersebutlah hingga pada akhirnya nama tersebut diresmikan menjadi nama meseum lubang tambang batu bara di Sawahlunto yaitu Museum Lubang Tambang Mbah Seoro.
Penamaan mbah seoro bulan hanya sekedar kebetulan-kebetulan ataupun kepercayaan masyarakat setempat, namun juga menjadi branding bagi tempat ini dan kota Sawahlunto.Â
Sawahlunto merupakan kota yang unik dan memiliki sejarah yang patut untuk kita jadikan pelajaran. Bahkan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto memiliki Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value) dari penilaian UNESCO yang masuk kritera ii dan iv.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H