MALANG - Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Universitas Negeri Malang diimplementasikan dengan kegiatan pembelajaran di dalam dan di luar universitas. Â Rektor Universitas Negeri Malang melalui Peraturan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 23 Tahun 2021 tentang Panduan Pelaksanaan Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan, menimbang bahwa untuk mengimplementasikan pelaksanaan proses pembelajaran di luar institusi perguruan tinggi, salah satunya dengan Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan. Program Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan merupakan Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) MBKM untuk mengakomodasi pemenuhan hak belajar mahasiswa sebagai proses pembelajaran dalam memenuhi sebagian masa dan beban belajar di lembaga non perguruan tinggi. Asistensi mengajar di satuan pendidikan adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa secara kolaboratif di bawah bimbingan guru dan dosen pembimbing di satuan pendidikan formal. Aktivitas asistensi mengajar di satuan pendidikan ini dilaksanakan selama 1 semester (setara 20 SKS) atau kurang lebih selama 6 bulan dengan waktu pelaksanaan 20 minggu. Kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam bidang pendidikan untuk turut serta membelajarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru di satuan pendidikan.Â
Kegiatan pembelajaran dalam bentuk Asistensi Mengajar dilakukan oleh mahasiswa di satuan pendidikan seperti sekolah dasar, menengah, maupun atas. Sekolah tempat praktik mengajar dapat berada di lokasi kota maupun di daerah terpencil. Salah satu sekolah mitra Universitas Negeri Malang yang dijadikan sebagai tempat pelaksanaan Asistensi Mengajar adalah SMA Negeri 1 Bululawang. SMA Negeri 1 Bululawang sebagai sekolah mitra Universitas Negeri Malang menerima mahasiswa Asistensi Mengajar (AM) dengan baik. Terdapat 6 mahasiswa dari program studi Pendidikan Geografi, diantaranya (1) Khoirul Habibah, (2) Laksono Dwi Nugroho, (3) Muhammad Ibnu Fajar, (4) Muhammad Tegar Ramdhani, (5) Muhammad Wildan, dan (6) Nanda Pratiwi. Setiap kelompok mahasiswa program studi didampingi oleh satu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Ibu Ferryati Masitoh, S.Si., M.Si. serta dua Guru Pamong, yaitu Ibu Dra. Chanifah, M.Pd. dan Bapak Dr. Supriono, M.Pd.
Mahasiswa Asistensi Mengajar (AM), Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menyelenggarakan simulasi tanggap darurat bencana. Puluhan siswa tampak riang dan asyik belajar melakukan simulasi penanggulangan bencana. Selain penting, rupanya hal tersebut juga menjadi hal baru dan menyenangkan bagi para siswa.Â
Kegiatan ini diselenggarakan dengan adanya kegiatan pembelajaran geografi berbasis mitigasi bencana dari jurusan pendidikan geografi Fakultas Ilmu Sosial. Kegiatan ini bertema "Tanggap Bencana" yang diselenggarakan di SMAN 1 Bululawang. Pelatihan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana divisualisasikan melalui kegiatan simulasi atau praktik langsung sehingga para peserta didik mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana alam.
Sebagai upaya tanggap bencana di lingkungan sekolah, kegiatan simulasi tanggap darurat bencana yang dilakukan di SMAN 1 Bululawang melibatkan berbagai pihak terkait, seperti guru geografi  dan peserta didik kelas XI IPS serta mahasiswa Asistensi Mengajar (AM). Peserta simulasi berjumlah sekitar 100 orang.
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan  para guru geografi dari mahasiswa Asistensi Mengajar (AM) memberikan penjelasan tentang jenis-jenis bencana alam. Kemudian peserta didik diberikan materi terkait bagaimana langkah-langkah mitigasi bencana yang dilakukan untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana alam. Langkah-langkah tersebut dimulai dari sebelum terjadi bencana alam (pra bencana), pada saat terjadi bencana, dan pasca terjadi bencana.Â
Kegiatan dilanjutkan oleh peserta didik dengan membuat konsep atau rancangan simulasi mitigasi bencana yang nantinya akan dikonsultasikan kepada guru geografi dari mahasiswa Asistensi Mengajar (AM). Simulasi yang dilakukan berupa mitigasi bencana alam gempa bumi. Pada saat terjadinya bencana ditandai dengan adanya sirine peringatan gempa bumi.
Sebagai respon atas peringatan tersebut, semua orang yang terlibat dalam kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa bumi segera mencari perlindungan dengan pergi ke tempat yang lapang atau berlindung di bawah sesuatu yang kokoh. Peserta yang ditunjuk sebagai tim evakuasi melakukan evakuasi terhadap korban yang luka.
Selama simulasi, pihak panitia terus memantau dan mengevaluasi kinerja seluruh peserta terkait. Mereka memeriksa kecepatan respon, koordinasi antara pihak, penggunaan peralatan yang dibutuhkan saat evakuasi, serta kepatuhan terhadap prosedur evakuasi.
Hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan sistem tanggap bencana di SMA Negeri 1 Bululawang. Tim panitia (Mahasiswa AM) Â menargetkan untuk kedepannya agar semua siswa di SMA Negeri 1 Bululawang bisa mengikuti kegiatan simulasi tanggap darurat bencana guna meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan semua pihak dalam menghadapi situasi darurat bencana. Dengan demikian, kegiatan ini juga sebagai upaya mewujudkan kondisi SMA Negeri 1 Bululawang yang siap untuk selamat melalui simulasi tanggap bencana.
"Sangat diperlukan kegiatan simulasi tanggap bencana ini, hal ini bisa dipelajari sejak dini salah satunya melalui pembelajaran. Karena bencana gempa bumi di malang juga sering terjadi, maka simulasi ini layak dan penting untuk dilakukan. Kita tidak bakal tau kapan akan terjadi bencana, bencana bisa terjadi sewaktu-waktu, jadi kegiatan ini juga berguna untuk antisipasi bencana yang akan terjadi kedepannya" Ujar Nanda, Mahasiswa Asistensi Mengajar (AM) Program studi Pendidikan Geografi.
Laksono, rekan sejawat Nanda menambah "Kita juga pastinya tahu bahwa Malang itu diapit oleh beberapa gunung, bahkan gunung-gunung tersebut masih aktif dan masih mengeluarkan erupsi kecil. Ambil saja contoh dari Gunung Semeru, setiap pagi saya selalu melihat bahwa gunung tersebut mengeluarkan abu dan awan vulkanik dengan jumlah kecil dan tidak ada getaran sedikitpun yang terasa. Namun kita tidak akan pernah tahu aktivitas apa yang terjadi dalam gunung tersebut, bisa saja meskipun erupsi yang terlihat itu kecil tapi aktivitas yang terjadi didalam sangat membahayakan dan dapat menyebabkan getaran yang sangat hebat yang berujung gempa. Untuk itulah simulasi ini penting dan urgent untuk diadakan"Â
Pencegahan dalam penanggulangan bencana, saat ini menjadi hal yang perlu dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meminimalisir dampak bencana baik itu korban jiwa maupun materi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H